Amsal 24:24

"Siapa berkata kepada orang fasik: 'Engkau semata-mata orang benar,' orang akan mengutuknya, dan bangsa-bangsa akan memurkainya."

Keadilan dan Kebenaran: Fondasi Masyarakat yang Sehat

Amsal 24:24 menyajikan sebuah kebenaran yang fundamental dan tak lekang oleh waktu: pentingnya membedakan antara kebenaran dan kefasikan. Ayat ini dengan gamblang mengingatkan kita akan konsekuensi serius yang timbul ketika kebenaran diputarbalikkan, atau ketika kejahatan justru dipuji dan diberi label kebaikan. Dalam konteks sosial dan moral, ketegasan dalam memilah mana yang baik dan mana yang buruk adalah pilar utama yang menopang keutuhan suatu komunitas. Ketika keadilan diinjak-injak dan kebenaran dibungkam, fondasi moral masyarakat akan goyah, membuka pintu bagi kekacauan dan ketidakpuasan yang meluas.

ADIL

Penyebutan "orang berkata kepada orang fasik: 'Engkau semata-mata orang benar'" adalah sebuah gambaran tentang pembenaran atas kejahatan. Ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk: menutup mata terhadap pelanggaran hukum demi keuntungan pribadi atau kelompok, memuji tindakan yang merugikan orang lain sebagai strategi bisnis yang cerdas, atau bahkan memanipulasi opini publik untuk membenarkan perbuatan zalim. Ketika hal ini terjadi secara sistematis, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu yang terlibat, tetapi juga merembet ke seluruh lapisan masyarakat.

Ayat ini menekankan bahwa reaksi alami dari "orang" (yang bisa diartikan sebagai orang yang berakal sehat, masyarakat secara umum, atau bahkan Tuhan) terhadap pemutarbalikan fakta ini adalah kutukan dan kemarahan. Ini adalah respons alami terhadap ketidakadilan yang merusak tatanan yang seharusnya. Sebaliknya, menegakkan kebenaran, mengakui kesalahan, dan menghukum kefasikan adalah tindakan yang membawa berkat dan penerimaan.

Dalam kehidupan sehari-hari, penting bagi kita untuk bersikap kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang memutarbalikkan fakta. Mengidentifikasi dan menyuarakan kebenaran, meskipun terkadang sulit atau tidak populer, adalah tugas moral yang krusial. Ini bukan berarti kita harus selalu menghakimi, tetapi lebih kepada menjaga integritas moral dan memastikan bahwa standar kebenaran tetap terjaga. Ketika kita memilih untuk berdiri teguh pada kebenaran, kita tidak hanya membangun karakter diri sendiri, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih adil, stabil, dan diberkati.

Menolak untuk memuji kefasikan dan sebaliknya mendukung tindakan yang benar akan menuai rasa hormat dan penerimaan, bukan hanya dari sesama manusia, tetapi juga dari dimensi moral yang lebih tinggi. Amsal 24:24 adalah pengingat kuat bahwa keadilan dan kebenaran bukanlah konsep abstrak, melainkan prinsip-prinsip hidup yang memengaruhi kesejahteraan dan stabilitas kita sebagai individu maupun sebagai sebuah bangsa.