Hikmat

Ayub 12:21 - Hikmat Sejati dan Kehancuran

"Ia mencabut pengertian dari para bangsawan, dan menyesatkan mereka yang jalannya licin."

Ayub 12:21 adalah sebuah ayat yang kuat dalam Kitab Ayub, yang sering kali dibahas dalam konteks hikmat ilahi dan keterbatasan hikmat manusia. Ayat ini menggambarkan bagaimana Tuhan memiliki kuasa untuk mencabut pengertian dari orang-orang yang dianggap terhormat dan berkuasa, serta bagaimana Dia dapat menyesatkan orang-orang yang merasa aman dalam perjalanan hidup mereka. Ini adalah pengingat yang gamblang tentang kedaulatan Tuhan atas segala aspek kehidupan, termasuk akal budi dan nasib manusia.

Dalam konteks penderitaan Ayub, ayat ini bisa diartikan sebagai salah satu cara Ayub merenungkan mengapa ia, seorang yang saleh, harus mengalami kesulitan yang begitu besar. Para sahabatnya, yang menganggap diri mereka bijaksana, justru memberikan argumen yang keliru dan tanpa dasar. Tuhan, melalui firman-Nya yang tertulis dalam Ayub 12:21, menunjukkan bahwa hikmat yang sesungguhnya berasal dari-Nya, dan bahkan orang-orang yang paling terpelajar pun bisa kehilangan pemahaman jika Tuhan menarik anugerah tersebut dari mereka.

Kata "bangsawan" dalam terjemahan ini merujuk pada orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi, kekuasaan, atau dianggap memiliki kebijaksanaan yang luar biasa. Namun, ayat ini menekankan bahwa status dan pengetahuan manusiawi tidak menjamin mereka bebas dari kejatuhan atau kekeliruan. Ketika Tuhan memutuskan untuk mencabut "pengertian" atau pemahaman yang jernih, bahkan orang terpandang pun bisa menjadi bingung, membuat keputusan yang buruk, dan berakhir dalam kehancuran. Ini adalah peringatan bagi kita semua untuk tidak pernah merasa sombong dengan kecerdasan atau posisi kita, melainkan selalu bersandar pada Tuhan untuk mendapatkan hikmat yang sejati.

Bagian kedua ayat, "menyesatkan mereka yang jalannya licin," berbicara tentang keamanan semu yang dirasakan oleh sebagian orang. "Jalannya licin" bisa diartikan sebagai kehidupan yang tampaknya mulus, tanpa rintangan, dan penuh kesuksesan. Orang-orang ini mungkin merasa bahwa mereka mengendalikan nasib mereka sendiri dan tidak memerlukan campur tangan ilahi. Namun, Tuhan memiliki kemampuan untuk mengubah keadaan yang tampaknya stabil menjadi sumber kesesatan. Apa yang tampak seperti jalan yang aman bisa saja menuntun pada kehancuran jika tidak berada dalam bimbingan Tuhan.

Relevansi ayat ini terasa sangat kuat dalam kehidupan modern. Di era informasi yang melimpah, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam "hikmat" dan "kebenaran" yang saling bertentangan. Ayat ini mengingatkan kita untuk kritis terhadap apa yang kita terima dan untuk selalu mencari sumber hikmat yang tertinggi, yaitu Tuhan. Tanpa pemahaman yang diberikan oleh Tuhan, bahkan pengetahuan yang paling canggih sekalipun dapat menjadi jebakan yang menyesatkan. Keputusan yang diambil hanya berdasarkan logika manusiawi atau pengalaman pribadi bisa sangat rentan terhadap kesalahan.

Ayub 12:21 mengajarkan kerendahan hati intelektual. Ini adalah pengingat bahwa kedaulatan Tuhan meliputi seluruh alam semesta dan segala isinya, termasuk kemampuan berpikir dan memahami manusia. Kita harus senantiasa berdoa memohon hikmat kepada-Nya, seperti yang diminta oleh Salomo. Mengandalkan diri sendiri atau kebijaksanaan duniawi saja adalah resep untuk kesesatan. Sebaliknya, dengan mencari Tuhan, kita dapat memperoleh pengertian yang mendalam, menjaga diri dari penyesatan, dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya, bahkan ketika jalan di depan tampak sulit atau penuh ketidakpastian.