"Bagi mereka, kegelapan dan kematian berlaku; ia menganggapnya sama seperti terang kegelapan."
Firman Tuhan dalam Kitab Ayub, khususnya pasal 24 ayat 17, menyajikan sebuah gambaran yang kuat tentang persepsi dan realitas bagi sebagian orang. Ayat ini berbicara tentang bagaimana bagi orang yang terjerat dalam kejahatan atau kegelapan rohani, perbedaan antara terang dan gelap menjadi kabur. Mereka hidup dalam kondisi yang seharusnya mengerikan, namun justru menganggapnya seperti biasa, bahkan seperti terang. Ini adalah sebuah keadaan spiritual yang mengenaskan, di mana moralitas dan kebenaran telah hilang arah.
Ayub 24:17 mengundang kita untuk merenungkan kedalaman kesesatan yang bisa dialami seseorang. Ketika hati telah mengeras oleh dosa atau ketika seseorang secara sengaja menolak kebenaran, batas antara baik dan buruk menjadi tidak relevan. Kegelapan, yang secara alami seharusnya menakutkan dan membuat gelisah, justru terasa familiar, bahkan nyaman. Ini adalah peringatan keras tentang bagaimana pilihan kita dalam hidup dapat membentuk persepsi kita terhadap realitas. Seseorang yang terbiasa dengan dosa mungkin tidak lagi melihatnya sebagai dosa, melainkan sebagai bagian dari kehidupan normal mereka.
Konsep "sama seperti terang kegelapan" menyiratkan suatu kebingungan yang mendalam, di mana nilai-nilai yang seharusnya kontras menjadi seragam. Kehidupan yang seharusnya diterangi oleh kebenaran dan moralitas justru tenggelam dalam kabut penipuan diri atau kebohongan yang terus-menerus. Ini bisa terjadi ketika seseorang terus-menerus berbohong, berbuat curang, atau melakukan tindakan yang tidak etis, lama-kelamaan ia mulai membenarkan tindakannya sendiri. Baginya, "terang" kebenaran menjadi sama tidak pentingnya dengan "kegelapan" kejahatan.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh informasi saat ini, kita mungkin juga bisa mengalami hal serupa jika tidak berhati-hati. Pengaruh media sosial, tekanan sosial, dan godaan materi bisa mengaburkan garis antara yang benar dan yang salah. Seringkali, tindakan-tindakan yang secara moral dipertanyakan menjadi hal yang lumrah atau bahkan dianggap keren. Kita perlu senantiasa menguji diri, apakah kita masih dapat membedakan terang dari kegelapan, kebenaran dari kepalsuan. Penting untuk secara aktif mencari dan memegang teguh kebenaran, agar kita tidak tersesat dalam kegelapan yang kita anggap sebagai "terang".
Ayub 24:17 mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran spiritual. Tanpa penerangan dari Roh Kudus atau tanpa refleksi yang jujur terhadap Firman Tuhan, mudah sekali bagi kita untuk terbiasa dengan kegelapan. Keadaan ini jauh dari damai sejahtera sejati yang hanya dapat ditemukan dalam terang kebenaran ilahi. Mari kita selalu berdoa agar mata rohani kita tetap terbuka lebar, sehingga kita dapat melihat terang kebenaran dengan jelas, dan tidak pernah menganggap kegelapan sebagai sesuatu yang setara dengannya.
Refleksi dari ayat ini dapat menjadi titik awal untuk memperbaharui komitmen kita pada nilai-nilai luhur dan kebenaran ilahi.