Ayub 31:29

"Janganlah bersukacita atas kemalangan orang yang menindas, janganlah hatimu bersukacita kalau ia tergelincir;

Ilustrasi keadilan dan harapan ADIL PRIHATIN Jalan Kebaikan

Firman Tuhan dalam Kitab Ayub pasal 31 ayat 29 ini merupakan sebuah pengingat yang kuat tentang prinsip keadilan dan belas kasih yang seharusnya menjadi pedoman dalam kehidupan setiap orang beriman. Ayub, dalam pembelaannya di hadapan para sahabatnya, secara tegas menyatakan bahwa ia tidak pernah bergembira atas kesialan atau kejatuhan orang lain, terutama mereka yang telah menindasnya. Ini bukan sekadar pernyataan pasif, melainkan sebuah penegasan aktif tentang standar moral yang ia pegang teguh.

Dalam konteks zaman Ayub, dan bahkan hingga kini, godaan untuk bersukacita atas penderitaan lawan atau musuh adalah hal yang lumrah terjadi. Rasa dendam, sakit hati, atau sekadar kepuasan diri saat melihat orang yang dianggap bersalah mendapatkan balasan, seringkali muncul dalam hati manusia. Namun, Ayub menolak hal tersebut. Ia memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari kehancuran orang lain, melainkan dari prinsip-prinsip yang benar dan hati yang bersih. Ia menyadari bahwa bersukacita atas kemalangan orang lain, apalagi yang menindas, berarti turut serta dalam kegelapan dan mengkhianati nilai-nilai ilahi.

Pernyataan Ayub ini mencerminkan pemahaman mendalam tentang sifat Allah yang adil dan penuh kasih. Allah tidak menginginkan umat-Nya tenggelam dalam kebencian atau kepuasan atas kejatuhan orang lain. Sebaliknya, Ia memanggil kita untuk memiliki hati yang berbelas kasih, yang mampu merasakan sakit orang lain, bahkan mereka yang telah berbuat salah kepada kita. Keadilan Ilahi bukanlah tentang pembalasan dendam yang membabi buta, melainkan tentang pengembalian tatanan yang benar dan pemulihan, yang berakar pada kasih dan pengampunan.

Mengaplikasikan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari memang tidak mudah. Ada kalanya kita merasa sangat dirugikan atau disakiti, sehingga keinginan untuk melihat orang yang menyakiti kita mendapatkan ganjaran sepadan menjadi kuat. Namun, Ayub mengingatkan kita bahwa jalan kebahagiaan dan kedamaian sejati adalah dengan menolak kegelapan dalam hati dan memilih terang keadilan serta belas kasih. Dengan tidak bersukacita atas kemalangan orang lain, kita sedang membangun fondasi spiritual yang kokoh, yang sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Ini adalah panggilan untuk terus menerus mengendalikan hati dan pikiran kita agar tidak dikuasai oleh emosi negatif, melainkan dipimpin oleh hikmat dan kasih ilahi.