"Sesungguhnya, aku tidak akan memihak kepada siapapun, juga tidak akan menjilat siapapun. Sebab aku tidak tahu cara menjilat; kalau demikian, aku akan segera dihancurkan oleh Penciptaku."
Ayub 32:21 adalah pengakuan yang luar biasa tentang integritas dan keberanian dalam menghadapi kebenaran. Elihu, seorang pemuda yang menyaksikan perdebatan sengit antara Ayub dan teman-temannya, merasa terpanggil untuk berbicara. Dalam ayat ini, ia menegaskan komitmennya untuk tidak memihak atau mencari muka kepada siapapun, bahkan jika itu berarti ia harus menghadapi konsekuensi yang berat.
Frasa "tidak akan menjilat" dalam konteks ini merujuk pada tindakan menyanjung atau membujuk seseorang demi keuntungan pribadi, sebuah praktik yang sangat dikecam dalam banyak tradisi moral dan spiritual. Elihu sadar akan bahaya dari tindakan semacam itu. Ia memahami bahwa sikap seperti itu akan membuat dirinya rentan, dan jika ia berlaku tidak jujur, ia akan "segera dihancurkan oleh Penciptaku." Pernyataan ini mencerminkan keyakinan mendalam akan kedaulatan dan kekuasaan Tuhan, serta keyakinan bahwa kebenaran dan integritas adalah fondasi utama dalam hubungan dengan Sang Pencipta.
Dalam dunia yang seringkali dipenuhi dengan manipulasi dan pencarian keuntungan pribadi, prinsip yang diungkapkan oleh Elihu dalam Ayub 32:21 menjadi sangat relevan. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam kejujuran yang teguh, bahkan ketika itu sulit atau tidak populer. Menjunjung tinggi kebenaran, tanpa takut pada otoritas atau pengaruh duniawi, adalah tanda kedewasaan spiritual dan moral yang sejati.
Sikap Elihu juga menunjukkan bahwa kebenaran tidak boleh dikompromikan demi kenyamanan atau penerimaan sosial. Ia memilih untuk berbicara dari hati nuraninya yang diyakini sebagai kebenaran ilahi, daripada tunduk pada tekanan dari para pendahulunya yang lebih tua dan dihormati. Ini mengingatkan kita bahwa suara hati nurani, yang dipandu oleh prinsip-prinsip yang benar, seringkali lebih berharga daripada opini mayoritas atau persetujuan orang-orang yang berkuasa. Komitmen pada integritas ini adalah fondasi untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang sehat, baik secara personal maupun sosial.
Keyword penting dari renungan ini adalah Ayub 32:21. Ayat ini menjadi pengingat abadi bahwa kesetiaan pada kebenaran dan kejujuran adalah harga mati. Kehidupan yang dijalani dalam integritas akan selalu menemukan jalannya, didukung oleh kekuatan yang lebih besar dari diri kita sendiri, yaitu Sang Pencipta yang adil. Menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari membantu kita untuk berdiri teguh dalam keyakinan kita, dan hidup dengan damai karena kita tahu bahwa kita bertindak sesuai dengan apa yang benar di mata Tuhan.