"Sebab dengan perantaraan semuanya itu Allah menghukum orang, dan memberikan cukup makanan surgawi."
Kitab Ayub adalah sebuah karya sastra yang mendalam, menggali pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang penderitaan, keadilan ilahi, dan iman. Di tengah badai cobaan yang menimpa Ayub, percakapan dengan teman-temannya, termasuk Elihu, sering kali membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang cara Tuhan bekerja dalam kehidupan manusia. Ayat spesifik pada Ayub 36:31, "Sebab dengan perantaraan semuanya itu Allah menghukum orang, dan memberikan cukup makanan surgawi," menawarkan sebuah lensa unik untuk melihat bagaimana kesulitan dan berkat bisa berjalan beriringan.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa tindakan ilahi bersifat ganda. Di satu sisi, Allah dapat menggunakan 'semuanya itu' – yang mencakup kesulitan, ujian, dan mungkin juga peringatan – sebagai alat untuk 'menghukum orang'. Kata 'menghukum' di sini bukanlah sekadar hukuman semata, melainkan lebih pada disiplin atau koreksi yang bertujuan untuk pemurnian dan pengarahan. Ini adalah disiplin orang tua yang mengoreksi anaknya bukan karena kebencian, melainkan karena kasih, agar anak tersebut belajar dan bertumbuh. Dalam konteks spiritual, hukuman ilahi bisa menjadi panggilan untuk introspeksi, meninggalkan jalan yang salah, dan kembali kepada kebenaran.
Namun, inti dari ayat ini tidak berhenti pada aspek koreksi. Frasa "dan memberikan cukup makanan surgawi" menyajikan kontras yang penuh pengharapan. Setelah disiplin atau ujian yang mungkin terasa berat, Allah berjanji untuk menyediakan 'makanan surgawi' yang cukup. 'Makanan surgawi' ini dapat diartikan dalam berbagai cara. Ini bisa berarti anugerah ilahi yang memelihara jiwa, pemulihan, kedamaian batin, atau bahkan berkat-berkat materi yang melimpah sebagai hasil dari kesetiaan dan penerimaan atas cara kerja Tuhan. Ini adalah janji bahwa setiap kesulitan yang dihadapi dengan iman akan bermuara pada kebaikan yang lebih besar dan pemeliharaan yang tak terduga.
Dalam pandangan Ayub, seringkali penderitaan tampak tanpa sebab yang jelas atau berlebihan. Namun, ayat ini, diucapkan oleh Elihu, menawarkan perspektif bahwa kesulitan yang dialami bisa jadi merupakan cara Tuhan untuk membimbing umat-Nya, mencegah mereka jatuh lebih jauh ke dalam dosa atau kesesatan. Pengalaman Ayub sendiri, meskipun penuh dengan penderitaan, pada akhirnya mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang kebesaran Tuhan dan penyerahan diri yang total. Penderitaannya, yang awalnya terasa sebagai hukuman, membawanya kepada pemulihan dan berkat yang berlipat ganda.
Pelajaran penting dari Ayub 36:31 ini adalah bahwa kita tidak boleh melihat kesulitan secara terisolasi. Setiap ujian bisa menjadi bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar untuk kebaikan kita. Kepercayaan pada 'makanan surgawi' yang dijanjikan memberikan kekuatan untuk bertahan dalam badai. Ini mengingatkan kita untuk senantiasa mencari hikmat ilahi dalam setiap situasi, percaya bahwa di balik setiap tantangan, ada anugerah dan pemeliharaan yang tak terbatas dari Sang Pencipta. Kehidupan yang sejuk dan cerah pun kadang perlu diwarnai oleh disiplin agar kita tetap berada di jalan yang benar, menikmati berkat-berkat sorgawi yang tak terhingga.