"Apakah gerangan manusia, sehingga Engkau menganggapnya penting, dan Engkau mengamat-amati dia pada setiap pagi, dan mengujinya pada setiap saat?"
Ayat Ayub 7:17 menyentuh sebuah pertanyaan fundamental mengenai keberadaan manusia di hadapan Sang Pencipta. Hamba Allah yang tengah mengalami penderitaan hebat, Ayub, merenungkan betapa kecilnya diri manusia dibandingkan dengan kebesaran Tuhan. Ia heran, mengapa Tuhan, Sang Maha Kuasa, begitu memerhatikan dan peduli terhadap setiap detail kehidupan seorang manusia. Pertanyaan ini bukan hanya sekadar keluhan kesedihan, melainkan sebuah pengakuan akan misteri kedekatan ilahi.
Dalam rentang waktu yang begitu luas dan alam semesta yang terbentang tak terhingga, keberadaan kita sebagai individu terasa begitu singkat dan terbatas. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan tidak hanya menciptakan segalanya, tetapi juga memiliki pengetahuan yang mendalam tentang setiap ciptaan-Nya, termasuk kita. Frasa "mengamat-amati dia pada setiap pagi, dan mengujinya pada setiap saat" menunjukkan perhatian ilahi yang konstan dan tak henti-hentinya. Ini bukan pengawasan yang mengancam, melainkan sebuah kepedulian yang mendalam, seperti seorang gembala yang memperhatikan setiap dombanya.
Fakta bahwa Tuhan senantiasa mengamati dan menguji kita menunjukkan bahwa kehidupan kita memiliki makna dan tujuan. Setiap momen, setiap tindakan, setiap pergumulan, dilihat dan dinilai oleh Dia yang menciptakan kita. Ini seharusnya membawa ketenangan, bukan ketakutan. Mengetahui bahwa kita tidak sendirian, bahwa ada Mata yang selalu melihat dan Tangan yang siap menopang, memberikan kekuatan untuk terus berjalan. Pengujian yang dimaksud di sini bukanlah semata-mata cobaan yang bersifat menghukum, melainkan proses pembentukan dan pemurnian diri, agar kita semakin serupa dengan gambar-Nya.
Ayub, dalam keputusasaannya, berhasil menemukan secercah harapan dari pemahaman ini. Meskipun ia tidak mengerti mengapa penderitaan menimpanya, ia tahu bahwa ada Tuhan yang melihat. Kepercayaan bahwa Tuhan peduli adalah jangkar yang kokoh di tengah badai kehidupan. Ayat ini mengingatkan kita untuk merefleksikan betapa luar biasanya anugerah kehidupan yang diberikan. Setiap napas yang kita hirup adalah bukti perhatian-Nya. Setiap pagi yang kita saksikan adalah kesempatan baru yang diberikan.
Oleh karena itu, mari kita sambut perhatian ilahi ini dengan hati yang terbuka. Marilah kita menjalani setiap momen dengan kesadaran bahwa Tuhan melihat, bukan untuk menghakimi, tetapi untuk membimbing, menguatkan, dan mengasihi. Keajaiban penciptaan yang terbentang luas di alam semesta pun tak lepas dari perhatian Sang Pencipta, apalagi diri kita, manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya. Keberadaan kita dianggap penting, dan itulah inti dari keajaiban yang tak terhingga.