Bilangan 19 dan 22: Pelajaran Penting tentang Kesucian dan Kebijaksanaan

"Jalan orang benar adalah lurus, lurusnya jalan orang yang berakal budi, supaya ia menghindarkan diri dari kejahatan, dan ia menjauhi jalan itu." - Amsal 14:16
19 & 22

Kitab Bilangan dalam Alkitab menyimpan banyak kisah dan ajaran yang relevan hingga kini. Dua pasal yang sering kali menarik perhatian adalah Bilangan 19 dan Bilangan 22. Keduanya, meskipun menceritakan peristiwa yang berbeda, memberikan pelajaran mendalam tentang kesucian, ketaatan, serta konsekuensi dari pilihan yang kita buat. Memahami konteks dan pesan di balik narasi ini dapat memberikan pencerahan bagi kehidupan rohani dan praktis kita.

Pada Bilangan 19, kita dihadapkan pada hukum mengenai percikan air penyucian. Ajaran ini sangat menekankan pentingnya kesucian dalam ibadah dan kehidupan umat Israel. Siapapun yang menyentuh mayat atau berada di dekatnya menjadi najis, dan mereka memerlukan proses penyucian agar dapat kembali masuk ke dalam perkemahan dan beribadah kepada Tuhan. Sapi merah yang dibakar abunya, dicampur dengan air dan hisop, menjadi sarana utama untuk membersihkan kenajisan tersebut. Ini adalah gambaran yang kuat tentang bagaimana dosa, sekecil apapun, dapat memisahkan manusia dari hadirat Tuhan. Pemulihan hanya dapat terjadi melalui pengorbanan dan tindakan penyucian yang ditetapkan. Prinsip ini mengajarkan kita bahwa menjaga kekudusan hati dan pikiran adalah suatu keharusan, dan jika kita tergelincir, ada jalan penebusan yang disediakan oleh Tuhan.

Berbeda dengan fokus pada kesucian ritual dalam pasal 19, Bilangan 22 membawa kita pada kisah Bileam, seorang nabi yang dipanggil oleh Raja Balak dari Moab untuk mengutuk bangsa Israel. Namun, di sinilah kita melihat kekuatan campur tangan Ilahi yang luar biasa. Meskipun Bileam memiliki niat buruk dan tergiur oleh imbalan, Tuhan tidak mengizinkannya mengutuk umat-Nya. Tuhan bahkan berbicara melalui keledai Bileam, sebuah peristiwa yang menunjukkan bahwa Tuhan dapat menggunakan cara-cara yang tidak terduga untuk menyatakan kehendak-Nya dan melindungi umat pilihan-Nya. Kisah Bileam mengajarkan kita pentingnya kebijaksanaan dalam mengikuti panggilan hati nurani dan firman Tuhan. Terkadang, godaan materi atau ambisi pribadi dapat menyesatkan kita. Namun, sebagaimana Bileam akhirnya terpaksa memberkati Israel, demikian pula kehendak Tuhan akan tetap teguh.

Kedua pasal ini, Bilangan 19 dan Bilangan 22, saling melengkapi. Pasal 19 mengingatkan kita akan standar kesucian Tuhan yang tinggi dan kebutuhan kita akan penyucian. Pasal 22 menunjukkan bahwa Tuhan akan menjaga umat-Nya dan dapat menggunakan bahkan orang yang ambivalent untuk kebaikan yang lebih besar. Pelajaran utamanya adalah bahwa hidup yang berkenan kepada Tuhan memerlukan kesucian yang murni dan kebijaksanaan yang dipimpin oleh kehendak-Nya. Kita harus senantiasa menjaga diri dari kenajisan, baik secara fisik maupun rohani, dan dengan rendah hati mengikuti tuntunan-Nya, agar kita dapat terus berjalan dalam jalan-Nya yang lurus, sebagaimana firman Amsal 14:16. Perenungan atas kisah-kisah ini bukan hanya untuk masa lalu, tetapi untuk membimbing langkah kita di masa kini, agar kita senantiasa dapat mengalami berkat dan perlindungan-Nya.