"Dan TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun, 'Inilah ketetapan hukum yang diperintahkan TUHAN, dengan berkata: Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu seekor sapi betina merah yang tidak bercela, yang tidak pernah kena kuk.'"
Bilangan 19 adalah salah satu pasal yang paling unik dan penting dalam Taurat. Pasal ini secara rinci menjelaskan tentang ritual penyucian menggunakan abu sapi betina merah. Kebutuhan akan ritual ini muncul karena adanya kenajisan yang disebabkan oleh kematian, sebuah kondisi yang tak terhindarkan bagi setiap manusia. Sapi betina merah yang sempurna, yang belum pernah terkena kuk, menjadi simbol pengorbanan yang murni dan tanpa cela. Abu yang dihasilkan dari pembakaran sapi ini kemudian digunakan sebagai agen pembersih untuk memulihkan kenajisan rohani dan fisik.
Ritual ini mengajarkan tentang pentingnya kesucian di hadapan Tuhan. Ia menyoroti bahwa kenajisan, sekecil apa pun, dapat memisahkan manusia dari hadirat ilahi. Oleh karena itu, penyucian menjadi sebuah keharusan untuk dapat kembali mendekat kepada Tuhan. Dalam konteks yang lebih luas, abu sapi betina merah seringkali diinterpretasikan sebagai bayangan dari pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Seperti abu sapi yang membersihkan dari kenajisan, darah Kristus membersihkan kita dari segala dosa, memberikan kesucian yang sejati dan abadi.
Sementara Bilangan 19 berfokus pada pembersihan dari kenajisan kematian, Bilangan 8 membawa kita pada persiapan para Lewi untuk melayani di Kemah Suci. Pasal ini memerintahkan Musa untuk menyucikan Harun dan anak-anaknya serta seluruh kaum Lewi sebagai tanda pengabdian mereka kepada Tuhan. Penyucian ini melibatkan percikan air penyucian dan pencukuran rambut, yang melambangkan pembersihan dari dosa dan kesiapan untuk tugas yang sakral.
Bilangan 8 sangat menekankan pentingnya pelayanan yang kudus dan terorganisir dalam ibadah kepada Tuhan. Para Lewi, yang dipilih khusus untuk melayani, harus terlebih dahulu dibersihkan dan disucikan. Hal ini menegaskan bahwa semua aspek ibadah, mulai dari pelayanan para imam hingga umat yang datang untuk beribadah, haruslah berkenan di hadapan Tuhan. Bilangan 8 memberikan fondasi penting bagi sistem imamat Israel dan bagaimana mereka seharusnya berinteraksi dengan Tuhan dan umat-Nya.
Ketika kita melihat kedua pasal ini bersama-sama, kita dapat melihat sebuah gambaran yang utuh tentang bagaimana umat Tuhan harus hidup. Bilangan 8 berbicara tentang bagaimana kita harus diperlengkapi dan disucikan untuk melayani Tuhan, sementara Bilangan 19 mengajarkan tentang bagaimana kita dapat dipulihkan dari kenajisan yang tak terhindarkan dalam kehidupan ini. Keduanya saling melengkapi, menunjukkan bahwa pelayanan yang berkenan kepada Tuhan membutuhkan kesucian yang terus-menerus diperbarui dan dipelihara.
Bilangan 19 dan 8 bukanlah sekadar aturan kuno, melainkan prinsip-prinsip abadi yang relevan hingga kini. Di era modern, pemahaman tentang kesucian, pembersihan dari dosa, dan pelayanan yang tulus kepada Tuhan tetap menjadi inti dari kehidupan beriman. Abu sapi betina merah dan penyucian para Lewi, meskipun bersifat ritualistik, mengajarkan kita nilai-nilai fundamental yang membentuk hubungan yang sehat dan penuh makna dengan Sang Pencipta.
Memahami kedua bilangan ini secara mendalam membuka wawasan tentang kedalaman kasih dan rencana Tuhan bagi umat-Nya. Ia adalah Tuhan yang menginginkan kesucian dan menyediakan jalan untuk mencapainya, baik melalui pemulihan dari kenajisan maupun melalui persiapan yang matang untuk pelayanan.