"Karena itu, katakanlah: Beginilah firman TUHAN: Keturunan Pinehas, anak Lewi, telah menghentikan murka-Ku atas orang Israel dengan kesetiaan-Nya membela hak-Ku di tengah-tengah mereka, sehingga Aku, dalam kesetiaan-Ku, tidak memusnahkan orang Israel."
Bilangan 25:11 adalah ayat yang sangat penting dalam Kitab Bilangan, menceritakan tentang sebuah peristiwa krusial dalam sejarah bangsa Israel dan dampaknya yang mendalam. Ayat ini menegaskan tindakan heroik Pinehas, seorang imam dari suku Lewi, yang dengan gigih membela kesucian Tuhan dan murka-Nya terhadap dosa perzinahan yang dilakukan oleh sebagian umat Israel dengan perempuan Moab.
Peristiwa ini terjadi di lembah Shittim. Bangsa Israel, setelah berhasil mengalahkan beberapa raja di timur Sungai Yordan, terjerumus ke dalam dosa penyembahan berhala dan kebejatan moral dengan bangsa Moab dan Midian. Hal ini menimbulkan murka Tuhan yang besar, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk wabah penyakit yang mematikan di tengah-tengah umat.
Di tengah-tengah keputusasaan dan kematian, Pinehas menunjukkan keberanian yang luar biasa. Ia melihat seorang Israel membawa seorang perempuan Midian ke kemahnya di depan mata Musa dan seluruh jemaat. Tanpa ragu, Pinehas mengikuti mereka ke dalam kemah dan melaksanakan penghakiman Tuhan. Tindakan ini, meskipun terkesan kejam, adalah bentuk ketaatan yang teguh terhadap firman Tuhan dan upaya untuk menghentikan penyebaran dosa serta murka ilahi.
Ayat Bilangan 25:11 secara spesifik mengungkapkan janji Tuhan dan pengakuan atas kesetiaan Pinehas. Tuhan berfirman bahwa karena tindakan Pinehas yang "kesetiaan-Nya membela hak-Ku di tengah-tengah mereka," murka Tuhan atas orang Israel dapat dihentikan. Lebih jauh lagi, Tuhan berjanji bahwa Dia, dalam kesetiaan-Nya, tidak akan memusnahkan seluruh umat Israel. Ini adalah anugerah besar yang diberikan Tuhan, bukan karena kelayakan Israel, tetapi karena tindakan pembelaan iman yang dilakukan oleh seorang individu.
Makna dari ayat ini melampaui sekadar peristiwa sejarah. Bilangan 25:11 mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kekudusan dan kesetiaan kepada Tuhan. Ia juga menyoroti konsekuensi dari dosa dan kemurtadan, serta murka Tuhan yang adil. Namun, di balik murka tersebut, tersingkap pula belas kasihan dan kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya, terutama ketika ada individu yang mau berdiri teguh membela kebenaran.
Kisah Pinehas dan ayat ini memberikan pelajaran berharga tentang keseimbangan dalam kehidupan iman. Di satu sisi, kita harus memiliki keteguhan hati dan keberanian untuk membela kebenaran Tuhan dalam dunia yang penuh godaan. Di sisi lain, kita harus selalu menyadari bahwa anugerah dan pengampunan Tuhan selalu tersedia bagi mereka yang bertobat dan mencari-Nya dengan tulus. Kesetiaan Pinehas menjadi teladan bagi kita untuk tidak kompromi dengan dosa, baik dalam diri sendiri maupun dalam komunitas, demi menjaga hubungan yang kudus dengan Tuhan.
Lebih dalam lagi, ayat Bilangan 25:11 dapat dilihat sebagai gambaran awal dari bagaimana seorang perantara (seperti Pinehas) dapat memulihkan hubungan yang rusak antara Tuhan dan manusia. Dalam konteks yang lebih luas, ini mengarah pada pemahaman tentang Yesus Kristus, Sang Perantara Agung, yang melalui pengorbanan-Nya menghentikan murka Tuhan atas dosa manusia dan membuka jalan bagi anugerah keselamatan yang kekal bagi semua yang percaya.