"Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan untuk Dia. Amin." (Yohanes 11:36)
Dalam dunia yang penuh misteri dan keindahan, terkadang kita menemukan pola-pola yang memukau, terutama ketika menjelajahi dunia angka. Dua bilangan yang seringkali muncul dalam berbagai konteks, baik dalam sains, alam, maupun tradisi spiritual, adalah bilangan 3 dan 36. Hubungan antara keduanya, meskipun tidak selalu eksplisit, mengundang kita untuk merenungkan kemungkinan adanya keteraturan dan kesempurnaan dalam ciptaan.
Sebuah representasi visual sederhana dari bilangan 3 dan 36.
Bilangan 3 seringkali dianggap sebagai simbol kesempurnaan, harmoni, dan keseimbangan dalam banyak budaya. Dalam agama, ada konsep trinitas yang sakral. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal tiga dimensi ruang, tiga fase waktu (masa lalu, sekarang, masa depan), atau bahkan tiga tahap kehidupan (kelahiran, kehidupan, kematian). Keberadaan tiga elemen seringkali menciptakan stabilitas, seperti tripod yang kokoh atau segitiga yang merupakan bentuk geometris paling stabil. Kemunculan bilangan 3 yang berulang dalam berbagai struktur alam dan konsep manusia bisa jadi bukan suatu kebetulan.
Sementara itu, bilangan 36 memiliki karakteristiknya sendiri. Jika kita melihatnya sebagai perkalian 3 x 12, kita menemukan hubungan menarik. Angka 12 sendiri sering diasosiasikan dengan siklus lengkap, seperti 12 bulan dalam setahun, 12 jam dalam putaran jam, atau 12 zodiak. Ketika dikalikan dengan 3, kita seolah mendapatkan penguatan dari konsep siklus dan kelengkapan tersebut. Dalam beberapa tradisi esoteris atau numerologi, 36 dianggap sebagai angka yang mewakili kesempurnaan dalam penyelesaian atau pencapaian suatu siklus. Misalnya, dalam pandangan tertentu, terdapat 36 jurai roh yang mengendalikan alam semesta, atau 36 tingkatan spiritual yang harus dilalui.
Menariknya, 36 adalah hasil dari 3 dikalikan dengan 12. Bilangan 36 juga merupakan jumlah dari bilangan ganjil dari 1 hingga 36 (jika kita menjumlahkan 1+3+5+...+35, hasilnya adalah 324, namun jika kita mengartikan 'bilangan ganjil' dalam konteks lain, atau jika ada interpretasi numerologi spesifik yang mengarah ke 36 dari pola bilangan ganjil, ini bisa menjadi area eksplorasi tersendiri. Namun, kita bisa merujuk pada sum of first n odd numbers: n^2. Untuk 36, ini bisa diartikan sebagai jumlah dari 6 pasang bilangan ganjil ditambah 18 lainnya atau interpretasi lain yang lebih kompleks). Namun, tanpa merumitkan, konsep 3 dan 36 secara terpisah sudah cukup kuat. Jika kita melihat 3 sebagai fondasi, maka 36 bisa menjadi manifestasi kelengkapan atau pengulangan dari fondasi tersebut dalam skala yang lebih besar.
Ayat yang kita kutip di awal, "Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan untuk Dia. Amin," memberikan perspektif yang lebih luas. Jika semua diciptakan dan segala sesuatu memiliki tujuan yang kembali kepada Sang Pencipta, maka pola-pola numerik yang kita temukan, termasuk yang melibatkan bilangan 3 dan 36, bisa jadi adalah cerminan dari rancangan ilahi yang tersembunyi namun teratur. Bilangan-bilangan ini mungkin hanya secuil dari bahasa universal yang digunakan untuk menggambarkan keharmonisan dan kesempurnaan dalam ciptaan-Nya.
Memahami pola seperti ini dapat membuka pandangan baru tentang keteraturan alam semesta dan mendorong rasa takjub serta penghormatan terhadap Sang Arsitek Agung. Bilangan 3 dan 36 menjadi lebih dari sekadar angka; mereka menjadi pengingat visual akan tatanan yang lebih dalam, sebuah jembatan antara dunia matematis dan spiritual.