Al-Quran adalah kitab suci yang kaya akan hikmah, mengandung berbagai cerita, pelajaran, dan penegasan mengenai keesaan Allah SWT. Di dalamnya, angka-angka tertentu seringkali memiliki makna simbolis dan mendalam. Kali ini, kita akan mengupas dua angka yang mungkin terdengar sederhana namun memiliki relevansi dalam narasi Al-Quran, yaitu angka 7 dan 86.
Angka 7 seringkali muncul dalam Al-Quran, menandakan kelengkapan, kesempurnaan, atau jumlah yang signifikan. Kita menemukan tujuh lapis langit (QS. Al-Baqarah: 29), tujuh kali tawaf mengelilingi Ka'bah, dan bahkan tujuh hari dalam penciptaan. Dalam konteks kebaikan dan kemurahan Allah, disebutkan bahwa satu kebaikan akan dilipatgandakan tujuh ratus kali lipat (QS. Al-Baqarah: 261).
Namun, angka 7 tidak selalu berkaitan dengan kebaikan semata. Terkadang, ia bisa menjadi penanda bagi sesuatu yang lebih besar atau jumlah yang banyak. Jika kita merujuk pada ayat yang sering menjadi titik tolak perenungan tentang angka, yaitu QS. Az-Zumar ayat 29, kita akan menemukan sebuah analogi yang menarik.
Dalam ayat tersebut, Allah SWT membandingkan dua jenis budak: yang dimiliki oleh sekumpulan tuan yang saling berselisih, dan yang sepenuhnya dimiliki oleh satu tuan saja. Perumpamaan ini mengajak kita untuk merenungkan hakikat kepemilikan dan pengabdian. Budak yang diperbudak oleh banyak tuan akan senantiasa bingung, terpecah belah kepentingannya, dan tidak pernah menemukan kedamaian sejati. Sebaliknya, budak yang sepenuhnya tunduk pada satu tuan akan memiliki kejelasan, arah, dan ketenangan.
Di sinilah relevansi angka 86 bisa muncul, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam ayat ini. Beberapa penafsir atau peneliti Al-Quran mungkin menghubungkan angka 86 dengan penolakan terhadap kemusyrikan atau penegasan keesaan Allah. Jika kita melihat jumlah ayat dalam surat-surat pendek yang sering dibaca, atau mencoba mencari keterkaitan numerik, angka 86 bisa menjadi salah satu titik observasi.
Bayangkan jika 86 adalah jumlah perselisihan atau keraguan yang mungkin dialami oleh hati yang tidak teguh pada tauhid. Sebaliknya, dengan mengesakan Allah, kita bagaikan budak yang hanya dimiliki oleh satu tuan. Fokus kita hanya kepada-Nya, tujuan kita hanya untuk-Nya, dan segala urusan kita kembali kepada-Nya. Ayat ini mengajarkan pentingnya kesatuan hati dan keikhlasan dalam beribadah. Hanya ketika kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada satu Tuhan Yang Maha Esa, barulah kita akan merasakan ketenangan dan kebebasan sejati dari segala belenggu dan perselisihan internal.
Angka 7 memberikan penekanan pada kelengkapan dan kepenuhan, sementara perumpamaan dalam QS. Az-Zumar: 29, yang bisa dihubungkan dengan konsep angka 86 sebagai simbol keragaman atau potensi perselisihan, menegaskan pentingnya tauhid. Keberadaan angka-angka ini dalam Al-Quran bukan sekadar kebetulan, melainkan bagian dari cara Allah SWT menyampaikan pesan-Nya agar kita terus merenung dan mengambil pelajaran yang berharga.
Mari kita jadikan perenungan ini sebagai motivasi untuk terus memperkuat keimanan kita, menyatukan hati hanya kepada Allah SWT, dan senantiasa mencari petunjuk-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Hanya dengan keesaan itulah, kita dapat menemukan jalan yang lurus dan penuh keberkahan.
Untuk memperdalam pemahaman, Anda bisa mencari referensi tambahan mengenai tafsir QS. Az-Zumar ayat 29 atau makna simbolis angka dalam Al-Quran.
Semoga artikel ini memberikan manfaat dan menambah wawasan kita mengenai keindahan dan kedalaman Al-Quran.