"Orang-orang dari Betlehem dan Netofa, seratus empat puluh delapan orang."
Kutipan dari Kitab Ezra pasal 2 ayat 29 ini mungkin terlihat singkat, namun menyimpan makna yang mendalam tentang perjalanan umat Allah kembali ke tanah perjanjian setelah masa pembuangan di Babel. Ayat ini menyebutkan "Orang-orang dari Betlehem dan Netofa, seratus empat puluh delapan orang." Ini adalah bagian dari daftar panjang nama-nama keluarga dan jumlah mereka yang kembali bersama Zerubabel. Di antara mereka, kita menemukan keturunan Bilha, salah satu istri Yakub, yang kini kembali ke Yehuda.
Betlehem, kota kelahiran Raja Daud, dan Netofa, sebuah daerah yang kemungkinan dekat dengan Betlehem, menjadi rumah bagi keluarga-keluarga ini. Kepulangan mereka bukanlah sekadar perpindahan geografis, melainkan sebuah penegasan iman dan harapan akan pemulihan perjanjian Allah. Setelah bertahun-tahun terpisah dari tanah leluhur, kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Suci adalah tindakan keberanian dan kepercayaan yang luar biasa.
Keluarga Bilha, yang terdiri dari Dan dan Naftali, memiliki sejarah yang kaya dalam narasi Alkitab. Meskipun sering kali mereka disebut dalam konteks persaudaraan Yakub, keberadaan mereka dalam rombongan kembali ke Yehuda menunjukkan bahwa identitas spiritual dan keagamaan mereka tetap kuat. Mereka membawa serta warisan leluhur mereka, meskipun dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan keluarga lain seperti Yehuda atau Benyamin.
Penting untuk dicatat bahwa bukan hanya mereka yang punya peran besar di masa lalu yang kembali, tetapi juga keluarga-keluarga yang mungkin tidak sering disorot dalam narasi utama. Hal ini menekankan bahwa Allah memperhatikan dan mengumpulkan semua anak-anak-Nya yang setia. Ke-148 jiwa dari Betlehem dan Netofa ini, yang berasal dari keturunan Bilha, adalah bukti nyata dari janji pemulihan Allah yang mencakup seluruh keturunan Israel.
Kembalinya umat Allah dari pembuangan bukanlah proses yang mudah. Mereka menghadapi tantangan, rintangan, dan bahkan pertentangan dari penduduk setempat. Namun, keberanian mereka untuk memulai kembali, untuk membangun kembali apa yang telah hancur, adalah cerminan iman yang tak tergoyahkan. Keluarga Bilha, bersama ribuan orang lainnya, menjadi bagian dari pelita harapan yang dinyalakan kembali di tanah Yehuda.
Kisah kepulangan ini mengajarkan kita tentang kesetiaan Allah dan pentingnya mengingat serta menghargai setiap individu dalam rencana-Nya. Sekecil apapun jumlah mereka, dan sesederhana apapun peran mereka dalam sejarah, setiap keturunan terpilih memiliki tempat dalam pekerjaan penebusan Allah. Ayat Ezra 2:29 ini mengingatkan kita bahwa di tengah catatan sejarah yang besar, ada cerita-cerita personal tentang keluarga dan individu yang secara aktif memilih untuk kembali kepada Allah dan tanah perjanjian-Nya.
Semangat kembali dan membangun kembali ini tetap relevan hingga kini. Kisah mereka menginspirasi kita untuk tidak pernah menyerah pada tantangan hidup, untuk memelihara iman kita, dan untuk selalu percaya pada janji-janji Allah yang mengantarkan kita pada pemulihan dan kehidupan yang baru.