Ezra 8:29 - Kembalikan Harta Bait Allah

"Lihatlah, hendaknya kamu memelihara dan menjaga barang-barang itu sampai kamu menimbangnya di depan para pemimpin kaum Lewi dan para imam serta para pemimpin kaum Israel di Yerusalem, di bilik-bilik rumah TUHAN."

Harta Emas & Perak

Ayat Ezra 8:29 membawa kita pada momen penting dalam sejarah pemulihan umat Israel pasca-pembuangan di Babel. Ayat ini merupakan bagian dari instruksi yang diberikan oleh Ezra kepada para pemimpin yang bertanggung jawab membawa kembali harta benda yang telah dikembalikan oleh raja Persia untuk Bait Allah di Yerusalem. Perintah ini sangat spesifik dan menekankan pentingnya integritas dan akuntabilitas dalam penanganan barang-barang berharga tersebut.

Ezra, sebagai seorang ahli Taurat dan pemimpin rohani, memahami betul betapa krusialnya menjaga kesucian dan kepemilikan Bait Allah. Harta benda yang dimaksud mencakup berbagai macam persembahan, emas, perak, bejana-bejana suci, dan barang-barang lain yang sangat vital untuk kelancaran ibadah di Bait Suci. Pengembalian harta ini bukan sekadar soal materi, melainkan sebuah tanda pemulihan hubungan umat dengan Tuhan dan pengakuan atas kedaulatan-Nya atas umat-Nya.

Instruksi untuk "memelihara dan menjaga barang-barang itu sampai kamu menimbangnya di depan para pemimpin kaum Lewi dan para imam serta para pemimpin kaum Israel di Yerusalem" menunjukkan sebuah sistem pengawasan yang ketat. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada satupun barang yang hilang, rusak, atau disalahgunakan selama perjalanan panjang dari Babel ke Yerusalem. Penimbangan dan pemeriksaan di hadapan otoritas yang berwenang di Yerusalem menjadi puncak dari proses akuntabilitas ini. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua yang telah diserahkan kepada mereka, kembali ke tangan yang tepat dan ditempatkan di tempatnya yang semestinya di dalam Bait Allah.

Dari ayat ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran berharga. Pertama, adalah tentang pentingnya kepercayaan dan tanggung jawab. Para pemimpin yang ditunjuk memikul tanggung jawab besar atas harta milik Tuhan. Kedua, adalah prinsip transparansi dan akuntabilitas. Setiap langkah harus dapat dipertanggungjawabkan dan diawasi. Ketiga, adalah penghargaan terhadap kesucian milik Tuhan. Harta Bait Allah bukanlah milik pribadi, melainkan diperuntukkan bagi pelayanan dan kemuliaan Tuhan.

Dalam konteks kekinian, prinsip-prinsip ini tetap relevan. Bagi gereja dan setiap orang percaya, kita dipercayakan berbagai "harta" rohani maupun materiil oleh Tuhan. Ini bisa berupa talenta, waktu, sumber daya finansial, atau bahkan orang-orang yang Tuhan percayakan untuk kita layani. Kita dipanggil untuk menjadi pengelola yang setia dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipercayakan kepada kita. Sama seperti Ezra yang menekankan penimbangan dan penjagaan harta Bait Allah, kita pun perlu memeriksa diri, memastikan bahwa kita menggunakan dan mengelola apa yang Tuhan berikan dengan jujur, transparan, dan demi kemuliaan-Nya, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Penyelenggaraan ibadah, pelayanan sosial, dan pemeliharaan fasilitas gereja, semuanya memerlukan pengelolaan yang bertanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dan sesama.

Perintah dalam Ezra 8:29 mengingatkan kita bahwa kejujuran dan ketelitian dalam menangani hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan adalah prioritas. Mari kita belajar dari teladan Ezra dalam menjaga amanah yang dipercayakan, agar apa yang menjadi milik Tuhan tetap terjaga kesuciannya dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya untuk pekerjaan-Nya.