Galatia 4:22

"Sebab ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua orang anak, yang seorang dari perempuan hamba, dan yang seorang dari perempuan merdeka."

Ayat dari Kitab Galatia ini, yaitu Galatia 4:22, membuka sebuah perbandingan alegoris yang mendalam mengenai dua perjanjian, dua generasi umat Allah. Rasul Paulus menggunakan kisah keluarga Abraham sebagai ilustrasi untuk membedakan antara hukum Taurat dan kasih karunia, antara kehidupan dalam ikatan perbudakan dosa dan kehidupan dalam kebebasan anak-anak Allah.

Abraham, bapa orang beriman, memiliki dua orang putra: Ismael yang lahir dari Hagar, seorang perempuan hamba, dan Ishak yang lahir dari Sara, istrinya yang merdeka. Ismael lahir berdasarkan upaya manusia, berdasarkan perjanjian yang terikat pada hukum dan daging. Hagar, sang hamba, melambangkan Yerusalem duniawi, yang tunduk kepada hukum dan berada dalam perbudakan bersama anak-anaknya. Kehidupan yang berasal dari sumber ini adalah kehidupan yang penuh dengan pembatasan, ketergantungan, dan tidak berdaya untuk memenuhi standar kekudusan ilahi.

Sebaliknya, Ishak lahir sebagai hasil janji ilahi. Sara, perempuan merdeka, melambangkan Yerusalem surgawi, yang bebas dan menjadi ibu dari semua orang percaya. Kelahiran Ishak adalah mukjizat, buah dari iman yang tak tergoyahkan kepada janji Allah, terlepas dari keadaan fisik Abraham dan Sara yang sudah lanjut usia. Ishak mewakili kehidupan yang lahir dari Roh, yang dilandasi oleh anugerah dan kebebasan yang diberikan oleh Kristus.

Paulus menjelaskan lebih lanjut dalam konteks perjanjian. Perjanjian yang dibuat Allah di Gunung Sinai, yang diserahkan melalui Musa, adalah perjanjian hukum. Perjanjian ini bersifat mengikat, menuntut ketaatan mutlak, dan menegaskan dosa. Orang yang berusaha hidup benar melalui perbuatan hukum akan mendapati dirinya terikat oleh tuntutannya yang tak terjangkau, layaknya perbudakan. Ini adalah gambaran dari pengalaman Ismael.

Namun, ada perjanjian baru yang didasarkan pada darah Kristus. Perjanjian ini adalah perjanjian anugerah. Ia tidak datang melalui upaya kita, melainkan melalui iman kepada Kristus. Melalui iman, kita diperdamaikan dengan Allah, kita dibenarkan, dan kita menjadi anak-anak Allah yang merdeka. Kehidupan yang lahir dari iman kepada Kristus adalah kehidupan yang bebas dari hukuman dosa dan kuasa dosa, karena kita telah ditebus oleh pengorbanan-Nya. Ini adalah pengalaman Ishak.

Galatia 4:22, bersama dengan konteks ayat-ayat sekitarnya, memberikan peringatan penting bagi orang percaya. Jangan kembali ke bawah kuk perbudakan hukum. Kehidupan Kristen yang sejati bukanlah tentang mematuhi serangkaian aturan demi mendapatkan persetujuan Allah, tetapi tentang hidup dalam hubungan yang bebas dan penuh kasih dengan Bapa melalui Roh Kudus. Kita adalah anak-anak janji, dilahirkan bukan dari keinginan daging atau darah, tetapi dari Firman Allah, melalui karya penebusan Kristus.

Memahami perbandingan ini membantu kita untuk menghargai kedalaman anugerah Allah. Kita tidak lagi hidup di bawah hukum yang menuntut, tetapi di bawah kasih karunia yang membebaskan. Seperti Ishak yang mewarisi segala sesuatu sebagai anak merdeka, demikian pula kita, sebagai anak-anak Allah melalui iman kepada Kristus, akan mewarisi kehidupan kekal dan persekutuan yang tak terputus dengan Bapa Surgawi. Ini adalah janji Allah yang setia, yang telah digenapi dalam Yesus Kristus.