"Dan telah banyak perkataan orang banyak itu yang ditopangnya, katanya: "Aku mau mati bersama-sama orang Filistin ini." Lalu ia mengerahkan segenap kekuatannya dan berseru, katanya: "Jauhkanlah aku, ya TUHAN ALLAH, dan berilah aku kekuatan sekali ini saja, ya TUHAN, agar akupun dapat membalas sekali ini kepada orang Filistin itu dua mata.").
Kisah Simson yang tercatat dalam Kitab Hakim-hakim pasal 16, khususnya ayat 27, merupakan momen puncak yang sarat makna. Ayub 16:27 menggambarkan penderitaan dan permohonan Simson pada saat terakhirnya. Dalam kondisi terikat, matanya dicungkil, dan dijadikan bahan tertawaan oleh bangsa Filistin, Simson memohon kekuatan dari Tuhan satu kali lagi. Permohonan ini bukanlah sekadar keinginan untuk balas dendam pribadi, melainkan panggilan iman yang didasarkan pada pengingat akan perjanjian dan umat Tuhan.
Simson dikenal sebagai hakim Israel yang dianugerahi kekuatan luar biasa oleh Tuhan, sebuah kekuatan yang terikat pada nazarnya sebagai seorang Nazir. Kejatuhannya datang bukan karena kehilangan kekuatan fisik semata, tetapi lebih karena kegagalan dalam menjaga kekudusan dan komitmennya terhadap Tuhan. Hubungannya dengan Delila, yang berhasil membongkar rahasia kekuatannya, menjadi titik balik yang tragis. Setelah kekuatannya diambil, Simson ditangkap, diperbudak, dan diperlakukan dengan kejam oleh bangsa Filistin.
Ayat 16:27 memberikan gambaran yang kuat tentang doa Simson di tengah penderitaan terburuknya. Ia tidak menyerah pada keputusasaan. Sebaliknya, ia kembali mengingat Tuhan dan memohon kekuatan untuk satu tindakan terakhir. Doanya mencerminkan keyakinan bahwa Tuhanlah sumber kekuatan sejati, dan bahwa bahkan dalam keadaan yang paling hina, pertolongan Tuhan tetap bisa diharapkan. Permintaan Simson untuk "membalas sekali ini" menunjukkan bahwa ia melihat tindakannya bukan hanya sebagai pembalasan pribadi, tetapi sebagai bagian dari perjuangan yang lebih besar untuk umat Tuhan.
Peristiwa ini dapat diinterpretasikan sebagai manifestasi keadilan ilahi. Bangsa Filistin yang telah menindas umat Tuhan dan mempermalukan Simson, pada akhirnya dihukum melalui kehancuran yang disebabkan oleh Simson sendiri. Keadilan Tuhan tidak selalu berarti penghukuman segera, tetapi pada akhirnya, kejahatan akan menghadapi konsekuensinya. Simson, meskipun jatuh dalam dosanya, diakui karena imannya dan keberaniannya untuk menuntut keadilan terakhir bagi bangsanya.
Kisah Simson, meskipun penuh kekurangan, menawarkan teladan penting bagi orang percaya di segala zaman. Ia mengajarkan bahwa bahkan ketika kita menghadapi konsekuensi dari kesalahan kita, harapan masih ada. Tuhan mendengarkan doa umat-Nya, bahkan dalam keadaan yang paling sulit. Simson mengingatkan kita untuk tidak pernah berhenti berseru kepada Tuhan, dan untuk percaya bahwa Dia dapat memberikan kekuatan bahkan ketika kita merasa lemah dan putus asa. Akhir kisah Simson, yang meskipun tragis, juga menunjukkan bahwa Tuhan dapat menggunakan orang yang berdosa dan tidak sempurna untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar, serta menegakkan keadilan-Nya.