"Dan para pemimpin segenap umat Israel mengambil tempatnya di tengah-tengah jemaat Allah, empat ratus ribu orang prajurit yang dapat berjalan dengan kaki, ikut ambil bagian dalam peperangan."
Ayat Hakim-Hakim 20:2 memberikan gambaran yang sangat kuat tentang persatuan dan tekad umat Israel di hadapan sebuah krisis yang mendesak. Ketika kekejaman yang mengerikan terjadi di Gibea, yang berujung pada tindakan kekerasan terhadap seorang perempuan Lewi, seluruh Israel bersatu dalam kemarahan dan keinginan untuk menegakkan keadilan. Ayat ini secara khusus menyoroti bagaimana para pemimpin umat mengambil inisiatif, berkumpul, dan mengorganisir kekuatan militer yang luar biasa besar.
Kata kunci di sini adalah "para pemimpin segenap umat Israel". Ini menunjukkan bahwa keputusan tidak diambil secara individual atau terpecah-pecah, melainkan melalui sebuah forum kolektif. Pertemuan para pemimpin ini menandakan kesadaran akan tanggung jawab mereka terhadap seluruh bangsa. Mereka tidak hanya mewakili suku mereka masing-masing, tetapi juga bertindak sebagai perwakilan dari seluruh "jemaat Allah". Konsep "jemaat Allah" menggarisbawahi bahwa umat Israel pada saat itu melihat diri mereka sebagai satu kesatuan di bawah kepemimpinan dan perlindungan Tuhan.
Angka "empat ratus ribu orang prajurit yang dapat berjalan dengan kaki" bukan sekadar statistik, melainkan representasi dari kekuatan dan kesiapan militer yang dahsyat. Jumlah ini menunjukkan bahwa seluruh bangsa digerakkan oleh satu tujuan. Ini bukan hanya tentang menindak sebuah kejahatan, tetapi juga tentang menegaskan kembali tatanan moral dan hukum yang diyakini oleh bangsa Israel. Dalam konteks perjanjian mereka dengan Tuhan, pelanggaran hukum yang serius harus ditangani dengan tegas.
Kisah dalam Hakim-Hakim 20 ini bukan hanya tentang perang, tetapi juga tentang refleksi diri dan pemulihan keutuhan. Setelah kekacauan dan penyalahgunaan kekuasaan yang sempat terjadi pada periode Hakim-Hakim, persatuan yang ditunjukkan di sini adalah momen penting. Para pemimpin menyadari bahwa kejahatan yang terjadi di salah satu bagian bangsa adalah ancaman bagi seluruh bangsa. Oleh karena itu, mereka memobilisasi sumber daya mereka untuk memberantas kejahatan tersebut.
Lebih dari sekadar kekuatan militer, ayat ini juga berbicara tentang kepemimpinan yang bertanggung jawab. Para pemimpin Israel tidak hanya memerintahkan pasukannya, tetapi mereka juga berdiri "di tengah-tengah jemaat Allah". Ini bisa diartikan bahwa mereka ikut serta dalam perjalanan spiritual dan moral bangsa. Mereka memimpin dengan memberi contoh, bukan hanya dengan memberikan perintah. Keterlibatan mereka dalam menghadapi krisis menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang berani, bertanggung jawab, dan siap berkorban demi kebaikan bersama.
Dalam situasi krisis, seperti yang dihadapi bangsa Israel saat itu, kepemimpinan yang kuat dan bersatu sangat krusial. Ayat Hakim-Hakim 20:2 menjadi pengingat bahwa ketika keadilan terancam, seluruh elemen bangsa, terutama para pemimpinnya, harus bangkit bersama untuk memperjuangkan kebenaran dan mengembalikan tatanan. Ini adalah teladan bagaimana umat, dipimpin oleh para pemimpin mereka, dapat merespons kejahatan dan menjaga integritas komunitas mereka.