Hakim-Hakim 3:22

Tentang Keadilan dan Kemerdekaan Bangsa

Kitab Hakim-Hakim dalam Alkitab mencatat periode penting dalam sejarah bangsa Israel kuno, masa ketika kepemimpinan mereka dipegang oleh para hakim. Ayat 3:22 dari kitab ini, meski ringkas, menyimpan makna mendalam tentang keadilan, penindasan, dan kemerdekaan yang dijaga oleh campur tangan ilahi. Ayat ini berbunyi, "maka masuklah belati itu ke dalam perutnya dengan gagangnya." Kalimat ini merujuk pada sebuah peristiwa dramatis yang melibatkan Ehud, hakim Israel, dan Eglon, raja Moab yang menindas bangsa Israel.

Kisah ini bermula dari kejatuhan bangsa Israel ke dalam dosa, yang kemudian berujung pada penindasan oleh bangsa Moab selama delapan belas tahun. Dalam keputusasaan, bangsa Israel berseru kepada TUHAN. Sebagai respons, TUHAN membangkitkan seorang penyelamat, yaitu Ehud bin Gera, seorang Benyamin yang kidal. Ehud diperintahkan untuk membuat pedang bermata dua sepanjang satu hasta, dan ia mengikatkannya di bawah pakaiannya pada paha kanannya, sebuah penempatan yang tidak biasa dan sangat tersembunyi.

Kunjungan Ehud kepada Raja Eglon bukanlah kunjungan biasa. Ia menyampaikan pesan dari Tuhan dan mempersembahkan upeti. Namun, di balik kesopanan itu, Ehud memiliki rencana yang telah dipersiapkan dengan matang. Setelah menyampaikan upeti dan para pembawa upeti telah pergi, Ehud kembali kepada Eglon, yang diceritakan sebagai seorang pria yang sangat gemuk. Ehud kemudian mendekati raja dengan berkata, "Ada firman rahasia yang hendak kusampaikan kepadamu, ya raja." Mendengar itu, Eglon memerintahkan semua pengawalnya untuk keluar, menciptakan suasana privasi.

Dalam kesendirian itulah, Ehud menyampaikan "firman rahasia" yang sebenarnya adalah aksi pembunuhan yang terencana. Ia meraih pedang dari paha kanannya dan menusukkannya ke perut raja Eglon. Kisah tersebut menggambarkan detail yang cukup gamblang, "maka masuklah belati itu ke dalam perutnya dengan gagangnya." Kejadian ini menimbulkan kengerian dan kepanikan. Disebutkan pula bahwa Ehud tidak menarik pedang itu keluar, dan lemak raja menutupi gagangnya, sebuah gambaran kuat dari kekerasan dan akhir yang mengerikan bagi seorang penindas.

Ayat ini bukan sekadar catatan historis tentang kekerasan. Ia mencerminkan tema sentral dalam Kitab Hakim-Hakim: siklus dosa, penindasan, seruan minta tolong, dan pembebasan oleh hakim yang dibangkitkan Tuhan. Kematian Eglon membuka jalan bagi bangsa Israel untuk bangkit melawan Moab, mengalahkan mereka, dan menikmati kedamaian selama delapan puluh tahun. Ini menunjukkan bahwa keadilan ilahi terkadang datang melalui cara-cara yang mengejutkan dan bahkan brutal untuk memulihkan tatanan dan membebaskan umat-Nya dari penindasan.

Kisah Ehud dan Eglon mengajarkan kita tentang konsekuensi dari kejahatan dan penindasan, serta bagaimana Tuhan dapat menggunakan individu yang tampaknya tidak bersalah atau bahkan cacat (dalam hal ini, Ehud yang kidal) untuk melaksanakan kehendak-Nya. Ayat Hakim-Hakim 3:22, dengan deskripsinya yang tajam, menjadi pengingat bahwa sejarah keselamatan seringkali melibatkan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan, dan bahwa pembebasan dapat datang pada saat yang paling tidak terduga, dipimpin oleh kekuatan yang lebih besar dari manusia.