Tetapi Barak mendesak Sisera, lalu semua kereta perangnya dan seluruh pasukannya dihancurkannya dengan mata pedang. Tidak ada seorang pun yang tertinggal.
Ilustrasi: Kemenangan dan keadilan.
Ayat Hakim 4:16, yang mencatat kemenangan telak Barak atas pasukan Sisera, memberikan gambaran yang kuat tentang pemulihan dan keadilan ilahi dalam sejarah bangsa Israel. Kisah ini terjadi pada masa para hakim, periode di mana Israel sering kali jatuh ke dalam penyembahan berhala dan menderita di bawah penindasan bangsa lain.
Dalam konteks ini, penindasan oleh Yabin, raja Kanaan, dan panglima perangnya, Sisera, telah berlangsung selama dua puluh tahun. Bangsa Israel berada dalam kondisi yang sangat sulit, terintimidasi oleh 900 kereta perang Sisera yang terbuat dari besi. Keadaan ini menggambarkan keputusasaan dan kerentanan yang mendalam yang dirasakan oleh umat pilihan Allah.
Namun, Allah bangkit untuk memberikan pertolongan melalui seorang hakim bernama Barak, yang dipimpin oleh nabi perempuan, Debora. Debora memanggil Barak untuk memimpin pasukan Israel di Gunung Tabor. Meskipun awalnya ragu, Barak akhirnya setuju dengan syarat Debora menyertainya. Kemenangan yang terjadi bukanlah hasil dari kekuatan militer Israel semata, melainkan campur tangan ilahi yang luar biasa.
Hakim 4:16 secara ringkas merangkum puncak pertempuran: "Tetapi Barak mendesak Sisera, lalu semua kereta perangnya dan seluruh pasukannya dihancurkannya dengan mata pedang. Tidak ada seorang pun yang tertinggal." Ayat ini menekankan totalitas kemenangan. Ini bukan sekadar menahan musuh, tetapi membasmi mereka sepenuhnya. Pemusnahan ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya menghentikan penindasan, tetapi juga memastikan bahwa ancaman tersebut tidak akan bangkit kembali dalam waktu dekat.
Penting untuk memperhatikan bahwa kemenangan ini juga memiliki aspek keadilan. Sisera sendiri, setelah melarikan diri dari medan perang, akhirnya dibunuh oleh Yael, seorang perempuan Keni, dengan cara yang tidak terduga. Tindakan Yael, meskipun mungkin kontroversial bagi sebagian orang, dilihat dalam bingkai Alkitab sebagai pelaksanaan keadilan ilahi atas kejahatan Sisera.
Kisah ini mengajarkan beberapa pelajaran penting. Pertama, Allah adalah Allah yang peduli terhadap umat-Nya dan akan campur tangan ketika umat-Nya berseru kepada-Nya dan bertobat. Kedua, kemenangan sering kali datang bukan dari kekuatan manusia, tetapi dari iman dan ketaatan kepada Allah, bahkan ketika situasi tampak mustahil. Ketiga, keadilan ilahi pada akhirnya akan ditegakkan. Penindasan dan kejahatan tidak akan luput dari perhitungan.
Dalam konteks yang lebih luas, kisah Hakim 4:16 dan sekitarnya adalah pengingat bahwa Allah bekerja melalui orang-orang yang rendah hati dan taat, bahkan melalui orang-orang yang mungkin tidak dianggap kuat atau penting dalam masyarakat. Peran Debora dan Yael menunjukkan bahwa Allah dapat menggunakan siapa saja untuk mencapai tujuan-Nya. Keberanian Barak, didorong oleh perkataan Debora, membuktikan kekuatan iman yang bersandar pada Allah.
Kisah ini, yang berpusat pada kemenangan di bawah kepemimpinan para hakim, khususnya kemenangan yang dirangkum dalam Hakim 4:16, memberikan inspirasi dan harapan. Ini menunjukkan bahwa bahkan di tengah kesulitan tergelap, Allah berkuasa untuk memulihkan, melindungi, dan menegakkan keadilan bagi umat-Nya. Keberadaan dan akhir dari seluruh pasukan Sisera adalah bukti tak terbantahkan dari campur tangan Allah untuk membawa pembebasan dan perdamaian.