Hakim Hakim 5:17

"Di manakah orang Ruben tinggal di tengah kawanan domba? Semuanya untuk menggembalakan dan memelihara ternaknya."
Ikon Perisai dengan Timbangan Keadilan

Ayat Hakim Hakim 5:17 ini terkesan sederhana, namun menyimpan makna yang mendalam tentang posisi dan pilihan suku-suku Israel pada masa para hakim. Ayat ini berasal dari bagian yang menceritakan lagu kemenangan Debora dan Barak setelah peperangan melawan bangsa Kanaan. Debora, seorang hakim dan nabi perempuan, mengecam keras beberapa suku Israel yang tidak turut serta dalam peperangan tersebut.

Dalam ayat ini, perhatian diarahkan pada suku Ruben. Kata "di manakah" menunjukkan sebuah pertanyaan retoris yang mengandung kekecewaan. Suku Ruben disebutkan sedang berada di tengah kawanan domba, sibuk dengan aktivitas menggembalakan dan memelihara ternaknya. Ini menyiratkan bahwa mereka memilih untuk tetap aman di wilayah mereka, fokus pada urusan ekonomi dan kesejahteraan pribadi, daripada bergabung dalam perjuangan mempertahankan tanah perjanjian yang sedang terancam.

Perbandingan dengan suku-suku lain yang gagah berani membela umat Tuhan menjadi kontras yang tajam. Suku-suku seperti Gilead, Dan, dan Asyer juga dikritik karena alasan yang berbeda, namun Ruben secara spesifik dikritik karena tampaknya memilih kenyamanan dan keamanan di atas tanggung jawab kolektif. Padang rumput yang subur di sekitar wilayah Ruben memang mendukung mata pencaharian mereka sebagai peternak. Namun, di saat krisis, pilihan untuk tetap fokus pada pengembalaan domba dapat diartikan sebagai keengganan untuk mengambil risiko atau pengabaian terhadap panggilan untuk bersatu melawan musuh.

Pesan dari ayat ini lebih dari sekadar kritik terhadap satu suku. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya komitmen dan keberanian dalam menghadapi tantangan, terutama ketika menyangkut keadilan dan kebebasan umat Tuhan. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini juga dapat dimaknai sebagai peringatan agar tidak terlalu tenggelam dalam urusan duniawi atau kenyamanan pribadi sehingga melupakan tanggung jawab yang lebih besar.

Menjadi seorang hakim dalam konteks Alkitab bukan hanya soal memimpin dalam pertempuran, tetapi juga mengembalikan keadilan dan tatanan ilahi. Tindakan atau ketidak-tindakan suku-suku Israel memiliki implikasi terhadap keutuhan dan kekuatan bangsa mereka. Ayat ini menjadi pengingat abadi bahwa pilihan kita, sekecil apapun dampaknya bagi diri sendiri, bisa memiliki konsekuensi yang signifikan bagi komunitas yang lebih luas. Keadilan dan pembelaan umat Tuhan membutuhkan partisipasi aktif, bukan sekadar kehadiran pasif di tengah kenyamanan.

Kisah ini menginspirasi kita untuk merefleksikan di mana posisi kita ketika panggilan untuk keadilan atau kebaikan bersama terdengar. Apakah kita memilih untuk tetap di tengah "kawanan domba" kita, aman dan nyaman, ataukah kita bersedia melangkah keluar untuk berkontribusi pada perjuangan yang lebih besar? Hakim Hakim 5:17 mendorong kita untuk menemukan keseimbangan antara mengelola urusan pribadi dan memenuhi panggilan ilahi yang menuntut keberanian dan keterlibatan.