"Tetapi yang beroleh kesempatan dari pada-Mu, kaudekatlah kepada Allah, dan berilah kepada-Nya berkat yang terbaik, dan lihatlah, demikianlah yang kauharapkan!"
Ayat Hakim-hakim 6:40 merupakan sebuah pengakuan penuh keyakinan dan harapan yang diucapkan oleh Gideon kepada Allah. Dalam konteks kisah Gideon, ia berada dalam situasi yang sangat genting. Bangsa Israel sedang tertindas oleh bangsa Midian, dan sumber daya mereka sering kali dirampas. Dalam keadaan yang penuh ketakutan dan keputusasaan, Allah memanggil Gideon untuk menjadi penyelamat.
Proses pemanggilan Gideon tidaklah instan. Allah harus meyakinkan Gideon, bahkan dengan memberikan tanda-tanda ajaib. Salah satu tanda yang paling luar biasa adalah ketika Gideon membuat persembahan, api dari surga turun dan melahapnya, sebuah bukti nyata kehadiran dan kuasa Allah. Setelah mengalami pengalaman spiritual yang begitu dalam, Gideon merasakan kedekatan yang luar biasa dengan Tuhan.
Ayat ini mengungkapkan inti dari hubungan Gideon dengan Allah. Ia menyadari bahwa justru dalam keadaan paling sulit, ketika manusia merasa tidak berdaya, itulah saatnya untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. "Tetapi yang beroleh kesempatan dari pada-Mu, kaudekatlah kepada Allah." Frasa ini menyiratkan sebuah kesempatan emas, sebuah momen krusial yang diberikan Tuhan untuk mempererat hubungan. Ketika kita diizinkan atau bahkan didorong untuk menghadapi tantangan, sesungguhnya itu adalah undangan untuk bergantung sepenuhnya pada kekuatan ilahi.
Lebih lanjut, Gideon berjanji untuk memberikan "berkat yang terbaik" kepada Allah. Ini menunjukkan kesadaran akan kebesaran Tuhan dan kerelaan untuk memberikan yang paling berharga, baik dalam bentuk persembahan, penyembahan, maupun ketaatan. Dalam konteks ini, berkat terbaik bukanlah sekadar materi, tetapi juga penyerahan diri seutuhnya, hati yang tulus, dan kesediaan untuk menjalankan kehendak-Nya.
Kalimat terakhir, "dan lihatlah, demikianlah yang kauharapkan!" menutup ungkapan harapan Gideon. Ia percaya bahwa dengan kedekatan dan pemberian terbaiknya kepada Tuhan, ia akan menerima apa yang ia harapkan: pembebasan dari penindasan dan kedamaian bagi bangsanya. Harapan ini bukan sekadar angan-angan kosong, tetapi harapan yang berakar pada iman kepada Allah yang Mahakuasa, yang mampu mengubah keadaan yang paling mustahil sekalipun.
Kisah dan ayat ini memberikan pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup, baik itu masalah pribadi, profesional, maupun sosial, kita diingatkan untuk tidak berputus asa. Sebaliknya, jadikanlah kesulitan itu sebagai momentum untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Berikanlah yang terbaik dari diri kita kepada-Nya, bukan hanya dalam hal persembahan, tetapi juga dalam hati yang teguh dan ketaatan. Dengan berpegang teguh pada iman dan harapan yang berpusat pada Allah, kita dapat yakin bahwa Ia akan menyertai, memberikan kekuatan, dan pada akhirnya mewujudkan apa yang kita harapkan melalui rencana-Nya yang sempurna.
Kehadiran Tuhan dalam kesulitan adalah jaminan harapan dan kekuatan.