Imamat 11:46

"Itulah sebabnya haruskah kamu membedakan antara yang najis dan yang tahir, dan antara binatang yang boleh dimakan dan binatang yang tidak boleh dimakan."
Membedakan yang Najis dan Tahir
Gambar abstrak melambangkan perbedaan dan kesucian, dengan gradien warna sejuk dan bentuk organik.

Ayat Imamat 11:46 adalah kunci penting dalam memahami mandat ilahi mengenai kebersihan dan kesucian bagi umat Israel. Ayat ini bukan sekadar daftar aturan makanan, melainkan sebuah prinsip yang lebih dalam mengenai pemisahan antara yang kudus dan yang tidak kudus, yang bersih dan yang najis. Dalam konteks Perjanjian Lama, konsep 'najis' tidak selalu berarti kotor secara fisik, tetapi lebih kepada ketidaklayakan untuk mendekat kepada hadirat Allah atau berpartisipasi dalam ibadah suci. Allah yang kudus menuntut umat-Nya juga hidup dalam kekudusan.

Perintah untuk membedakan antara binatang yang boleh dimakan dan yang tidak, serta antara yang tahir dan yang najis, mengajarkan umat Israel untuk secara konstan mengingat identitas mereka sebagai umat pilihan Allah. Setiap kali mereka makan, mereka diingatkan akan standar kesucian yang tinggi yang telah ditetapkan oleh Pencipta mereka. Pembedaan ini menjadi bagian integral dari gaya hidup mereka, memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka yang hidup tanpa peduli pada hukum-hukum ilahi.

Makna dari ayat ini meluas melampaui sekadar diet makanan. Ini berbicara tentang kemampuan manusia untuk mengenali dan membedakan berbagai aspek kehidupan, terutama yang berkaitan dengan moralitas dan spiritualitas. Di dunia yang sering kali kabur batasannya, kita ditantang untuk membedakan mana yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan mana yang tidak. Prinsip 'najis' dan 'tahir' dapat diterapkan pada banyak hal: perkataan, pikiran, perbuatan, bahkan pergaulan.

Penerapan ayat ini di era modern mungkin tidak lagi secara harfiah pada aturan makanan kuno bagi orang percaya di bawah perjanjian baru. Namun, semangatnya tetap relevan. Kita dipanggil untuk menjaga kekudusan diri kita, membedakan antara pengaruh yang membangun iman dan pengaruh yang merusak. Kita harus bijak dalam memilih tontonan, bacaan, percakapan, dan lingkungan yang kita masuki. Dengan demikian, kita memuliakan Allah dalam segala aspek kehidupan kita, sebagaimana umat Israel dahulu dipanggil untuk hidup kudus karena Allah mereka kudus.

Tujuan utama dari pembedaan ini adalah untuk menjaga hubungan yang sehat dengan Allah dan dengan sesama. Ketika kita berusaha hidup dalam kesucian, kita menciptakan ruang bagi kehadiran-Nya yang lebih mendalam dalam hidup kita dan kita menjadi terang bagi dunia di sekitar kita. Imamat 11:46 mengingatkan kita bahwa pemisahan yang jelas antara yang baik dan yang buruk, antara yang suci dan yang duniawi, adalah fondasi penting untuk kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.