"Dan imam harus mengambil sedikit dari darah korban karena kesalahan dan dari minyak, lalu memercikkannya pada cuping telinga kanan orang yang akan disucikan itu, pada ibu jari tangan kanannya dan pada ibu jari kaki kanannya."
Kitab Imamat, khususnya pasal 14, memberikan gambaran yang mendalam tentang ritual penyucian dalam tradisi Israel kuno. Ayat ke-17 dari pasal ini, yang berbunyi, "Dan imam harus mengambil sedikit dari darah korban karena kesalahan dan dari minyak, lalu memercikkannya pada cuping telinga kanan orang yang akan disucikan itu, pada ibu jari tangan kanannya dan pada ibu jari kaki kanannya," bukan sekadar aturan seremonial. Ia menyimpan makna spiritual yang kaya dan relevan hingga kini. Ayat ini menggambarkan sebuah tindakan simbolis yang menekankan pentingnya pembersihan menyeluruh, baik fisik maupun spiritual, bagi seseorang yang sebelumnya terkontaminasi oleh penyakit kusta.
Pembersihan dalam konteks Imamat 14 tidak hanya tentang mengatasi manifestasi fisik penyakit. Ia merujuk pada pemulihan total dari keadaan yang dianggap tidak murni dan terpisah dari komunitas serta kehadiran ilahi. Tindakan imam dalam mengambil darah korban karena kesalahan dan minyak, lalu memercikkannya pada bagian-bagian tubuh yang spesifik—cuping telinga, ibu jari tangan, dan ibu jari kaki—memiliki arti simbolis yang kuat. Darah korban karena kesalahan melambangkan penebusan dosa, pengakuan atas ketidaksempurnaan dan pelanggaran. Sementara itu, minyak melambangkan penyucian, berkat, dan kehadiran Roh Kudus.
Mengapa bagian-bagian tubuh ini dipilih? Cuping telinga melambangkan pendengaran; kemampuan untuk mendengar firman Tuhan dan instruksi-Nya. Dengan memercikkan darah dan minyak di sana, orang yang disucikan diingatkan untuk mendengar dan mematuhi kebenaran ilahi. Ibu jari tangan melambangkan pekerjaan dan perbuatan; segala aktivitas yang dilakukan melalui tangan. Pemercikan darah dan minyak di sana menunjukkan bahwa segala tindakan dan karya harus dibersihkan, disucikan, dan diarahkan untuk kemuliaan Tuhan. Terakhir, ibu jari kaki melambangkan perjalanan hidup; arah langkah dan kemana seseorang pergi. Ini mengindikasikan bahwa seluruh jejak langkah kehidupan harus dibersihkan dan diarahkan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Bagi orang percaya masa kini, Imamat 14:17 dapat dilihat sebagai ilustrasi dari proses penyucian rohani yang terus-menerus. Dalam Kristus, kita telah menerima pengampunan dosa dan pembersihan dari segala ketidakbenaran. Namun, kehidupan spiritual adalah sebuah perjalanan yang dinamis. Kita terus-menerus dipanggil untuk membawa segala aspek kehidupan kita—pikiran (yang terkait dengan pendengaran), tindakan (melalui tangan), dan arah hidup (melalui langkah kaki)—ke hadapan Tuhan untuk dibersihkan dan disucikan. Kita perlu terus mendengar firman-Nya, memastikan bahwa pekerjaan kita dilakukan dengan integritas dan untuk tujuan yang benar, serta mengarahkan langkah kita di jalan-Nya.
Proses pembersihan yang digambarkan dalam Imamat 14, termasuk dalam ayat 17, menekankan bahwa pemulihan dan keberlanjutan hubungan yang benar dengan Tuhan dan sesama membutuhkan pengakuan atas kesalahan, penebusan, dan tindakan penyucian yang aktif. Ini adalah pengingat bahwa kehidupan yang murni dan berkenan di hadapan Tuhan melibatkan setiap aspek diri kita, dan ini adalah anugerah yang tersedia bagi kita melalui pengorbanan Kristus. Marilah kita merenungkan bagaimana kita dapat terus membawa diri kita sepenuhnya kepada Tuhan untuk dibersihkan dan disucikan, agar kita dapat hidup dalam kebebasan dan kesaksian yang sejati.