Imamat 15:31 - Kemerdekaan dalam Kekudusan

"Demikianlah kamu harus menjauhkan orang Israel dari kecemaran mereka, supaya jangan mereka mati dalam kecemarannya, dengan mencemari kemah pertemuan-Ku yang ada di antara mereka."

Ayat Imamat 15:31 sering kali terabaikan dalam pembicaraan sehari-hari, namun maknanya sangat mendalam bagi pemahaman tentang kekudusan dan hubungan Israel dengan Tuhan. Ayat ini menjadi penutup dari serangkaian peraturan mengenai kemurnian ritual yang ditetapkan oleh Allah kepada umat-Nya. Perintah ini bukanlah sekadar aturan formalitas, melainkan sebuah pengingat konstan akan pentingnya menjaga jarak dari segala sesuatu yang dapat mencemari kekudusan hubungan mereka dengan Sang Pencipta.

Dalam konteks perjanjian Allah dengan Israel, kemurnian ritual memainkan peran krusial. Ini bukan tentang kesempurnaan moral tanpa cela, melainkan tentang ketaatan terhadap perintah-perintah Allah yang bertujuan untuk membedakan umat-Nya dari bangsa-bangsa lain dan mempersiapkan mereka untuk menghadap hadirat-Nya. Kecemaran, dalam pengertian Imamat, mencakup berbagai hal mulai dari penyakit kulit, cairan tubuh yang tidak normal, hingga persentuhan dengan jenazah. Semua ini dianggap sebagai sesuatu yang memisahkan individu dari komunitas orang-orang kudus dan dari kemah pertemuan, pusat ibadah dan kehadiran Allah di tengah mereka.

Inti dari Imamat 15:31 adalah dorongan untuk menjauhkan orang Israel dari kecemaran mereka. Ini menekankan tanggung jawab kolektif untuk menjaga kemurnian dalam komunitas. Jika satu orang menjadi najis, ada prosedur yang harus diikuti untuk memulihkan kemurniannya dan mengembalikannya ke dalam persekutuan. Namun, jika kecemaran ini dibiarkan, konsekuensinya adalah kematian, bukan hanya kematian fisik semata, tetapi kematian rohani yang berarti terputus dari hubungan dengan Allah. Ancaman kematian ini menegaskan betapa seriusnya Allah memandang kekudusan dan hubungan-Nya dengan umat-Nya.

Lebih jauh lagi, ayat ini secara eksplisit menyebutkan "kemah pertemuan-Ku yang ada di antara mereka". Ini menunjukkan bahwa menjaga kemurnian bukanlah demi kepentingan individu semata, melainkan untuk menjaga kesucian tempat tinggal Allah di tengah-tengah umat-Nya. Kemah pertemuan adalah simbol kehadiran Allah yang nyata di antara umat-Nya, tempat di mana mereka dapat beribadah dan berkomunikasi dengan-Nya. Jika umat-Nya hidup dalam kecemaran, mereka berisiko mengotori tempat kudus tersebut, yang akan dianggap sebagai penghinaan besar terhadap Allah.

Meskipun ayat ini spesifik untuk Israel kuno, prinsipnya tetap relevan bagi orang percaya di masa kini. Kita hidup di bawah perjanjian baru dalam Kristus, di mana keselamatan diperoleh bukan melalui hukum Taurat, melainkan melalui iman kepada-Nya. Namun, panggilan untuk hidup kudus tetap ada. Rasul Paulus dalam Roma 12:1 menulis, "Jadi saudara-saudara, demi kerahiman Allah, aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: inilah ibadahmu yang sejati."

Kekudusan bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah proses seumur hidup untuk semakin menyerupai Kristus. Menjauhkan diri dari dosa dan segala yang dapat mencemari hubungan kita dengan Tuhan adalah bagian penting dari perjalanan iman ini. Sebagaimana Israel harus menjaga kemurnian untuk dapat bersekutu dengan Allah di Kemah Pertemuan, demikian pula kita dipanggil untuk memelihara hati dan hidup kita agar senantiasa berkenan kepada Allah, di mana Roh Kudus berdiam di dalam kita sebagai "kemah pertemuan" Allah yang hidup. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga hubungan pribadi kita dengan Tuhan, tetapi juga kesaksian kita sebagai gereja-Nya di dunia.