"Lalu setelah ia masuk ke dalam tempat kudus itu, haruslah ia menanggalkan pakaian linen itu, yang telah dipakainya pada waktu ia masuk ke dalam tempat kudus itu, dan meletakkannya di sana."
Kitab Imamat, sebagai bagian dari Taurat Musa, memuat serangkaian hukum dan instruksi ilahi yang ditujukan kepada bangsa Israel kuno. Di dalamnya terdapat gambaran mendalam mengenai kekudusan Allah dan bagaimana umat-Nya dapat mendekat kepada-Nya. Salah satu bagian yang paling penting dan sarat makna adalah pasal 16, yang secara rinci menjelaskan tentang Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur). Ayat Imamat 16:23 merupakan bagian dari instruksi bagi Imam Besar mengenai apa yang harus dilakukannya setelah melaksanakan tugas-tugas kudus di hadapan Allah.
Ayat ini berbunyi, "Lalu setelah ia masuk ke dalam tempat kudus itu, haruslah ia menanggalkan pakaian linen itu, yang telah dipakainya pada waktu ia masuk ke dalam tempat kudus itu, dan meletakkannya di sana." Pernyataan ini terdengar sederhana, namun menyimpan makna teologis yang sangat kaya. Imam Besar, sebagai wakil seluruh umat Israel, telah melakukan serangkaian ritual yang sangat sakral di dalam Ruang Mahakudus, tempat Allah berdiam di antara umat-Nya. Ia telah mempersembahkan korban untuk penebusan dosa dirinya sendiri, keluarganya, dan seluruh umat. Ini adalah puncak dari pekerjaan penebusan dosa selama setahun.
Setelah tugas yang berat dan penuh tanggung jawab itu selesai, dan setelah ia keluar dari hadirat Allah yang mahakudus, instruksi yang diberikan adalah untuk menanggalkan pakaian linen yang khusus dikenakannya. Pakaian linen putih ini bukan pakaian biasa. Ia adalah simbol kesucian dan kekudusan yang diperlukan untuk memasuki Ruang Mahakudus. Mengenakan pakaian ini menunjukkan bahwa imam siap untuk menghadap Allah yang kudus. Namun, setelah tugasnya selesai, pakaian tersebut harus ditanggalkan dan ditinggalkan di sana.
Mengapa ini penting? Penanggakan pakaian linen ini menandakan selesainya pekerjaan pendamaian. Ia juga melambangkan bahwa Imam Besar tidak lagi membawa beban dosa umat yang telah diampuni. Ia keluar dari hadirat Allah sebagai orang yang bersih dan telah diperdamaikan, sama seperti seluruh umat yang dosanya telah ditanggung oleh korban-korban tersebut. Pakaian itu ditinggalkan karena ia adalah simbol dari ibadah dan perjanjian yang telah ditunaikan. Ia bukan sesuatu yang harus terus dibawa kembali ke kehidupan sehari-hari di luar Ruang Mahakudus.
Bagi umat percaya di masa kini, Imamat 16:23 mengingatkan kita akan pekerjaan pendamaian yang sempurna yang telah diselesaikan oleh Yesus Kristus. Yesus, Imam Besar Agung kita, telah masuk ke dalam tempat kudus surgawi, bukan dengan pakaian linen, melainkan dengan darah-Nya sendiri, untuk menebus dosa kita sekali untuk selamanya (Ibrani 9:11-12). Ia telah menanggung dosa-dosa kita dan membawa kita kepada pendamaian dengan Allah. Sama seperti Imam Besar yang menanggalkan pakaian linennya, Yesus Kristus telah menyelesaikan karya penebusan-Nya. Kematian dan kebangkitan-Nya telah membuka jalan bagi kita untuk memiliki hubungan yang bersih dan kudus dengan Allah. Kini, kita dipanggil untuk mengenakan "pakaian kebenaran" yang diberikan oleh Kristus, bukan untuk menanggung dosa, melainkan untuk hidup dalam kebebasan dan kesucian yang telah Ia berikan kepada kita.
Kisah dalam Imamat 16, termasuk ayat 23, mengajarkan kita tentang betapa seriusnya dosa, betapa mahalnya harga pengampunan, dan betapa mulianya pekerjaan pendamaian yang dilakukan Allah bagi umat-Nya. Ini adalah pengingat yang kuat tentang kebutuhan kita akan penebusan dan sukacita besar yang datang dari pendamaian dengan Pencipta kita.