Makna Panggilan Kekudusan
Ayat Imamat 20:24 adalah bagian dari serangkaian instruksi ilahi yang diberikan kepada bangsa Israel kuno. Perintah ini menegaskan identitas Tuhan sebagai Allah yang kudus, yang telah secara spesifik memisahkan umat-Nya dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Inti dari ayat ini terletak pada ajakan untuk membedakan antara yang bersih dan yang najis, yang halal dan yang haram, terutama dalam hal makanan.
Perintah mengenai binatang dan burung yang boleh atau tidak boleh dikonsumsi bukanlah sekadar aturan diet. Ini adalah simbol fisik dari sebuah prinsip rohani yang jauh lebih mendalam. Tuhan menginginkan umat-Nya untuk hidup berbeda. Perbedaan ini bukan untuk pamer atau superioritas, melainkan sebagai tanda ketaatan dan pengakuan akan kekudusan-Nya yang absolut. Dengan mematuhi aturan ini, bangsa Israel secara terus-menerus diingatkan bahwa mereka adalah umat pilihan yang dipanggil untuk hidup sesuai dengan standar Tuhan yang suci.
Aplikasi dalam Kehidupan Kontemporer
Meskipun kita sebagai orang percaya di era Perjanjian Baru tidak lagi terikat oleh hukum Taurat yang sama persis dalam hal makanan, prinsip kekudusan yang terkandung dalam Imamat 20:24 tetap relevan. Rasul Paulus dalam surat-suratnya, khususnya Roma 12:1-2, mengajak umat percaya untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Ini adalah ibadah yang rasuli. Ia juga berbicara tentang pembaruan budi, agar kita tidak menjadi serupa dengan dunia ini.
Konsep "membedakan" dalam Imamat 20:24 dapat diterapkan pada berbagai aspek kehidupan modern. Dalam dunia yang penuh dengan godaan, pengaruh yang memerosotkan moral, dan informasi yang menyesatkan, umat percaya dipanggil untuk memiliki discernment atau kemampuan membedakan. Kita perlu membedakan apa yang membangun rohani kita dan apa yang merusaknya, mana yang mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan dan mana yang membawa kita menjauh dari-Nya. Ini mencakup pilihan dalam hiburan, pergaulan, cara kita menggunakan waktu, dan bahkan cara kita berpikir.
Tuhan memanggil kita untuk hidup terpisah dari cara hidup dunia yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Pemisahan ini bukan isolasi, melainkan sebuah kekudusan yang memungkinkan kita menjadi terang dan garam di tengah masyarakat. Seperti bangsa Israel kuno yang dipanggil untuk hidup kudus karena Tuhan mereka kudus, demikian pula kita dipanggil untuk mencerminkan karakter Ilahi kita.
Imamat 20:24 mengingatkan kita bahwa kekudusan adalah sebuah panggilan yang berkelanjutan. Ini adalah proses seumur hidup untuk semakin menyerupai Kristus, Sang Kudus. Dengan merenungkan ayat ini, marilah kita memeriksa diri kita sendiri: apakah kita benar-benar hidup sebagai umat yang telah dipisahkan? Apakah kita secara sadar berusaha membedakan antara yang berkenan di hadapan Tuhan dan yang tidak? Panggilan untuk menjadi kudus seperti Tuhan adalah undangan yang paling mulia, yang menuntun kita pada kehidupan yang lebih bermakna dan penuh berkat.