Imamat 22:29 - Persembahan Syukur yang Sempurna

"Apabila kamu mempersembahkan korban syukur kepada TUHAN, persembahkanlah itu sedemikian rupa, sehingga Ia berkenan menerimanya."

Ayat Imamat 22:29 merupakan sebuah instruksi mendasar dari Allah kepada umat-Nya mengenai cara mempersembahkan korban syukur. Frasa "korban syukur" sendiri mengindikasikan sebuah persembahan yang diberikan dengan hati yang penuh rasa terima kasih dan pengakuan atas kebaikan serta berkat yang telah diterima dari Tuhan. Ini bukan sekadar kewajiban ritual semata, melainkan sebuah ungkapan hati yang tulus.

Perintah untuk mempersembahkan korban "sedemikian rupa, sehingga Ia berkenan menerimanya" memiliki makna yang mendalam. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya melihat kuantitas atau jenis persembahan, tetapi juga kualitas dan ketulusan hati yang menyertainya. Ada standar ilahi yang harus dipenuhi dalam setiap ibadah dan persembahan kita. Ini berarti kita perlu memastikan bahwa persembahan kita dilakukan dengan benar, sesuai dengan firman-Nya, dan yang terpenting, dengan motivasi yang murni.

Dalam konteks Perjanjian Lama, korban syukur adalah salah satu jenis persembahan yang dipimpin oleh hukum Taurat. Korban ini seringkali disertai dengan roti yang tidak beragi atau roti manis sebagai bagian dari persembahan. Namun, prinsip utama dari ayat ini melampaui tata cara ritualistik zaman itu. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya melakukan segala sesuatu bagi Tuhan dengan standar yang tertinggi. Dalam kehidupan Kristen saat ini, "korban syukur" dapat diartikan sebagai doa syukur, pujian, penyembahan, pelayanan, persepuluhan, persembahan, bahkan cara hidup kita sehari-hari. Semuanya harus dipersembahkan dengan tulus dan tanpa kecematan.

"Supaya Ia berkenan menerimanya" menekankan bahwa Tuhan adalah objek dari persembahan kita. Kehendak dan penerimaan-Nya adalah tujuan utamanya. Ini mendorong kita untuk introspeksi: apakah persembahan kita benar-benar mencerminkan rasa syukur yang mendalam, ataukah hanya sekadar formalitas tanpa hati? Persembahan yang berkenan di hadapan Tuhan adalah persembahan yang datang dari hati yang disucikan, yang dipenuhi kasih, dan yang tunduk pada kehendak-Nya. Ini berarti menyingkirkan dosa, kemunafikan, dan segala sesuatu yang dapat menghalangi hubungan kita dengan-Nya.

Lebih lanjut, Imamat 22:29 mengingatkan kita bahwa Tuhan memiliki standar yang berbeda dari standar manusia. Ia melihat apa yang tersembunyi di dalam hati. Oleh karena itu, dalam setiap aspek kehidupan, ketika kita memberikan sesuatu kepada Tuhan, baik itu waktu, tenaga, harta, atau bahkan pikiran, kita harus berusaha untuk melakukannya dengan cara yang mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya. Ini adalah panggilan untuk hidup secara kudus dan hormat, menjadikan seluruh hidup kita sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada-Nya. Dengan demikian, kita dapat yakin bahwa persembahan kita diterima dan membawa berkat bagi diri sendiri maupun bagi kemuliaan Tuhan.