Imamat 26 23

"Kalau kamu tidak mau menerima didikan itu dan menentang Aku, maka Akupun akan menentang kamu dan memukul kamu tujuh kali lipat karena dosamu."
Tujuh Kali Lipat

Simbol kasih setia dan peringatan Tuhan.

Ayat Imamat 26:23 seringkali disalahpahami atau diabaikan karena nadanya yang terdengar keras dan tegas. Namun, jika kita melihatnya dalam konteks yang lebih luas dari pasal 26 Kitab Imamat, kita akan menemukan bahwa ayat ini sebenarnya adalah bagian dari pesan kasih Allah yang mendalam, meskipun disertai peringatan yang serius. Perjanjian antara Allah dan umat-Nya, Israel, memiliki syarat-syarat yang jelas: ketaatan akan mendatangkan berkat, sementara ketidaktaatan akan mendatangkan hukuman.

Peringatan dalam Imamat 26:23 bukanlah kemarahan yang sembarangan dari Allah, melainkan sebuah respons terhadap penolakan yang terus-menerus dari umat-Nya terhadap didikan dan kasih-Nya. Kata "menentang" dan "memukul tujuh kali lipat" adalah ungkapan yang kuat untuk menggambarkan keseriusan konsekuensi dari pengabaian terhadap perintah-perintah-Nya. "Tujuh kali lipat" dalam bahasa Ibrani seringkali melambangkan kelengkapan atau intensitas yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa hukuman yang akan datang bukanlah hukuman yang ringan, tetapi hukuman yang menyeluruh dan bertujuan untuk membawa umat kembali kepada jalan yang benar.

Penting untuk dipahami bahwa tujuan utama dari hukuman Allah bukanlah untuk menghancurkan, tetapi untuk memulihkan. Allah tidak menginginkan umat-Nya binasa dalam dosa mereka. Sebaliknya, Ia menggunakan cara-cara yang tegas, termasuk hukuman, untuk menarik mereka kembali kepada-Nya. Didikan dan teguran, sekecap apapun, pada akhirnya bersumber dari kasih-Nya yang mendalam terhadap ciptaan-Nya. Ketika umat Israel memilih untuk mengabaikan ajaran-Nya dan hidup dalam pemberontakan, mereka tidak hanya menjauh dari sumber berkat mereka, tetapi juga membuka diri terhadap akibat yang serius.

Di dunia modern ini, Imamat 26:23 mengingatkan kita bahwa ada konsekuensi dari tindakan kita, terutama ketika kita memilih untuk mengabaikan prinsip-prinsip moral dan spiritual yang telah ditetapkan. Kasih Allah memang tanpa batas, tetapi kasih-Nya juga disertai kebenaran dan keadilan. Teguran-Nya, meskipun terkadang terasa berat, selalu bertujuan untuk kebaikan kita dalam jangka panjang. Memahami ayat ini secara utuh membantu kita untuk melihat gambaran yang lebih besar dari hubungan Allah dengan umat manusia: sebuah hubungan yang penuh kasih, namun juga menuntut tanggung jawab dan ketaatan yang tulus. Ketika kita menerima didikan dan peringatan-Nya dengan hati yang terbuka, kita membuka diri pada berkat-berkat-Nya, bukan pada hukuman-Nya.

Oleh karena itu, ayat ini bukanlah ancaman kosong, melainkan panggilan untuk introspeksi dan pertobatan. Ia mengingatkan kita untuk tidak pernah menganggap remeh kasih setia Allah, serta pentingnya untuk merespons teguran-Nya dengan kerendahan hati. Dalam setiap didikan dan ujian yang kita hadapi, marilah kita mencari hikmat dan kekuatan dari Tuhan agar kita tidak menentang-Nya, melainkan semakin mendekat kepada-Nya.