"Apabila seseorang berbuat sesuatu yang salah, karena kebodohannya dalam sesuatu dari barang-barang kudus TUHAN, maka haruslah ia mendatangkan korban penebus salah kepada TUHAN, seekor domba jantan yang tidak bercela dari domba-dombamu, sesuai dengan nilai uangmu, menurut ukuran syikal kudus, sebagai korban penebus salah."
Ayat Imamat 5:15 merupakan bagian dari hukum-hukum Musa yang mengatur persembahan korban di Israel kuno. Ayat ini secara spesifik berbicara tentang kesalahan yang dilakukan seseorang karena ketidaktahuan atau kebodohan terkait dengan hal-hal kudus milik TUHAN. Berbeda dengan dosa yang disengaja, kesalahan yang didasarkan pada ketidaktahuan tetap memerlukan pertanggungjawaban di hadapan Tuhan. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya umat Israel diwajibkan untuk menghormati segala sesuatu yang dikuduskan bagi Tuhan.
Perintah dalam Imamat 5:15 mengharuskan pelaku untuk mempersembahkan korban penebus salah. Korban ini adalah seekor domba jantan yang tidak bercela, yang nilainya disesuaikan dengan mata uang pada masa itu, menurut ukuran syikal kudus. Ini bukan sekadar penggantian materi, melainkan sebuah tindakan pengakuan dosa dan permohonan pengampunan yang disertai dengan pengorbanan. Domba jantan yang tidak bercela melambangkan kesempurnaan dan kemurnian yang harus dipersembahkan kepada Tuhan. Ketidakbercelaan hewan korban itu sendiri merupakan sebuah simbol dari keseriusan penebusan dosa.
Meskipun kita tidak lagi menjalankan sistem persembahan korban hewan seperti di Perjanjian Lama, prinsip di balik Imamat 5:15 tetap relevan. Dalam kekristenan, Yesus Kristus menjadi korban penebus salah yang sempurna bagi dosa seluruh umat manusia. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, dosa-dosa kita, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, dapat diampuni. Namun, pemahaman tentang dosa ketidaktahuan masih mengajarkan kita pentingnya menjaga hati dan pikiran agar senantiasa hidup dalam kebenaran.
Ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa waspada dan belajar lebih dalam tentang firman Tuhan. Seringkali, ketidaktahuan kita tentang kehendak Tuhan dapat membawa kita pada kesalahan, meskipun bukan dengan niat jahat. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang percaya untuk terus mendalami Alkitab, berdoa memohon hikmat, dan mengikuti bimbingan Roh Kudus agar kita tidak lagi hidup dalam kebodohan rohani. Kesadaran akan kesalahan, pengakuan dosa, dan kerendahan hati untuk memohon pengampunan adalah langkah-langkah penting dalam perjalanan iman kita.
Lebih jauh lagi, Imamat 5:15 menekankan pentingnya tanggung jawab. Kesalahan yang disebabkan oleh kebodohan tetap memiliki konsekuensi dan memerlukan tindakan korektif. Dalam konteks modern, ini bisa berarti memperbaiki hubungan yang rusak akibat perkataan atau perbuatan yang tidak bijaksana, atau melakukan tindakan pemulihan atas kerugian yang mungkin timbul. Dengan memahami prinsip pengorbanan dan pemulihan yang diajarkan dalam ayat ini, kita dapat bertumbuh dalam kedewasaan rohani dan semakin menyenangkan hati Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita.
Ayat ini menginspirasi kita untuk tidak meremehkan hal-hal yang berkaitan dengan kekudusan Tuhan. Bahkan dalam ketidaktahuan, ada kewajiban untuk memulihkan hubungan dengan Tuhan melalui pengorbanan dan pengakuan. Peringatan ini menjadi pengingat konstan bagi kita untuk hidup dengan integritas dan hati yang senantiasa mencari kebenaran, agar kita dapat berjalan dalam perkenanan-Nya.