Kejadian 14:22 - Mengangkat Tangan kepada TUHAN

"Tetapi Abram berkata kepada raja negeri Sodom: 'Aku mengangkat tangan kepada TUHAN, Allah Mahatinggi, pencipta langit dan bumi.'"

Ayat Kejadian 14:22 merupakan momen penting dalam narasi Alkitab yang menyoroti karakter Abram, yang kelak dikenal sebagai Abraham. Peristiwa ini terjadi setelah Abram berhasil membebaskan Lot dan barang-barangnya dari tangan raja-raja musuh. Dalam perjumpaan dengan raja negeri Sodom, sebuah tawaran menarik datang. Raja Sodom, yang baru saja kehilangan sebagian besar hartanya, menawarkan kepada Abram untuk mengambil semua harta rampasan perang bagi dirinya sendiri, sebagai imbalan atas jasa Abram dalam menyelamatkan warganya.

Namun, respons Abram sungguh luar biasa dan mengajarkan kita tentang prioritas dan kesetiaan yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang beriman. Abram menolak tawaran raja Sodom tersebut. Penolakannya bukan didasarkan pada ketidakmampuan atau keraguan, melainkan pada sebuah pengakuan yang mendalam tentang sumber segala kebaikan dan kepemilikan. Ia berkata, "Aku mengangkat tangan kepada TUHAN, Allah Mahatinggi, pencipta langit dan bumi." Kalimat ini bukan sekadar ucapan, melainkan sebuah sumpah atau janji yang mengikat diri Abram di hadapan Allah.

Pengangkatan tangan di zaman kuno seringkali melambangkan pengakuan kedaulatan dan penyerahan diri kepada pribadi yang lebih tinggi atau kepada ilah. Dengan mengangkat tangan kepada TUHAN, Allah Mahatinggi, Abram secara tegas menyatakan bahwa segala sesuatu yang ia miliki, segala kekuatan yang ia miliki untuk berperang, dan segala kemenangan yang ia raih, berasal dari Allah. Ia tidak mau mengambil bagian dalam kekayaan yang diperoleh dari cara yang mungkin tercemar oleh kebobrokan moral negeri Sodom, yang terkenal dengan kejahatannya.

Lebih dari sekadar penolakan terhadap kekayaan materi, tindakan Abram ini adalah pernyataan iman yang kuat. Ia mengakui Allah bukan hanya sebagai dewa di antara banyak dewa, tetapi sebagai Allah Mahatinggi, Sang Pencipta alam semesta. Pengakuan ini menunjukkan kesadaran Abram akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang melampaui segala sesuatu di bumi. Dalam konteks pertempuran dan perebutan wilayah yang umum terjadi saat itu, di mana kemenangan seringkali berarti penjarahan dan keuntungan materi, Abram memilih untuk menjaga integritasnya dan menghormati Sumber kehidupannya.

Ucapan Abram ini mengajarkan bahwa kekayaan dan keuntungan yang diperoleh dengan mengorbankan integritas atau dengan cara yang tidak berkenan di hadapan Allah, pada akhirnya tidak akan memberikan kepuasan sejati. Sebaliknya, kesetiaan kepada Allah dan pengakuan akan kedaulatan-Nya, bahkan dalam situasi yang menawarkan keuntungan materi yang besar, akan memelihara hubungan yang murni dengan-Nya dan memberikan kedamaian batin yang tak ternilai. Kejadian 14:22 menjadi pengingat abadi tentang pentingnya menempatkan Allah di atas segala hal, termasuk harta benda dan keuntungan duniawi, serta mengakui Dia sebagai sumber segala berkat.