Kejadian 25 22: Pertanyaan dan Harapan dalam Kandungan

"Dan anak-anaknya itu saling dorong di dalam rahimnya. Maka katanya: "Jika demikian, mengapa aku hidup?" Lalu ia pergi untuk menanyakan hal itu kepada TUHAN."
Dua Jiwa, Satu Perjuangan

Ayat ini dari Kitab Kejadian menceritakan momen yang penuh dengan misteri dan kerentanan. Ribka, istri Ishak, sedang mengandung anak kembar. Namun, kehamilan ini bukanlah kehamilan yang tenang. Terjadi pergolakan hebat di dalam rahimnya, sebuah pertarungan fisik yang begitu nyata hingga ia merasa tertekan dan mempertanyakan makna hidupnya sendiri.

Pergolakan Batin dan Fisik

Ungkapan "anak-anaknya itu saling dorong di dalam rahimnya" memberikan gambaran yang kuat tentang aktivitas luar biasa yang terjadi di dalam diri Ribka. Ini bukan sekadar gerakan janin biasa, melainkan sesuatu yang terasa seperti konflik atau perebutan. Perasaan fisik yang intens ini tentu menimbulkan rasa khawatir, ketidaknyamanan, dan bahkan ketakutan. Dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, Ribka dihadapkan pada pengalaman yang sangat pribadi namun juga membingungkan.

Pertanyaan yang terlontar dari bibirnya, "Jika demikian, mengapa aku hidup?", bukanlah sekadar keluhan sesaat. Ini adalah ekspresi keputusasaan, kebingungan, dan pencarian makna atas penderitaan yang sedang ia alami. Ketika tubuhnya sendiri menjadi arena perjuangan dua kehidupan yang belum terlahir, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Ini adalah momen kerentanan manusiawi yang mendalam, ketika kita dihadapkan pada situasi di luar kendali kita dan mulai mempertanyakan tujuan keberadaan kita.

Pencarian Jawaban kepada Tuhan

Dalam menghadapi ketidakpastian dan ketidakpahaman ini, respons Ribka sungguh luar biasa. Alih-alih menyerah pada keputusasaan atau mencari jawaban dari sumber yang tidak ilahi, ia memilih untuk membawa pergumulannya kepada Tuhan. Kalimat "Lalu ia pergi untuk menanyakan hal itu kepada TUHAN" menunjukkan sebuah langkah iman yang krusial. Dalam budaya dan zaman itu, bertanya kepada Tuhan seringkali berarti mencari nubuat atau petunjuk melalui seorang nabi atau cara-cara ilahi lainnya.

Tindakan ini mengajarkan kita tentang pentingnya mengarahkan pertanyaan-pertanyaan terbesar kita, kegelisahan terdalam kita, dan kesulitan terbesar kita kepada Sang Pencipta. Ketika kita merasa terdorong dari berbagai arah, ketika kehidupan terasa seperti pertarungan yang tak kunjung usai, dan kita bertanya "mengapa?", sumber jawaban yang paling hakiki adalah dari Tuhan sendiri. Ini bukan berarti jawaban akan selalu instan atau mudah dipahami, tetapi mencari Tuhan dalam kesulitan adalah fondasi untuk menemukan hikmat, kekuatan, dan kedamaian.

Makna bagi Kehidupan Modern

Meskipun ayat ini berasal dari konteks sejarah yang jauh berbeda, pergumulan Ribka tetap relevan bagi kita di era modern. Kita mungkin tidak mengalami dorongan fisik di dalam rahim, tetapi kita seringkali menghadapi tekanan, konflik internal, atau persaingan yang terasa begitu nyata dalam kehidupan profesional, keluarga, atau bahkan dalam diri kita sendiri. Pertanyaan "mengapa aku hidup?" bisa muncul ketika kita merasa terombang-ambing oleh keputusan yang sulit, menghadapi kegagalan, atau merasakan ketidakadilan.

Kisah Ribka mengingatkan kita bahwa di tengah pergolakan itu, selalu ada jalan untuk mencari kebenaran dan tujuan yang lebih tinggi. Mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan, melalui doa, refleksi, dan pencarian firman-Nya, dapat memberikan perspektif baru. Ini adalah undangan untuk tidak hanya bertahan dalam kesulitan, tetapi untuk secara aktif mencari pemahaman dan bimbingan ilahi, karena di sanalah kita dapat menemukan harapan dan arah yang sejati.