"Adapun segala sumur, yang digali oleh hamba-hamba Isak, pada zaman Abraham, ayahnya, yang ditutup orang setelah Abraham mati, digali pula oleh orang Filistin dan diisinya penuh dengan tanah."
Kutipan dari Kitab Kejadian pasal 26 ayat 15 ini membawa kita pada sebuah gambaran yang kuat tentang realitas persaingan dan bahkan permusuhan yang dihadapi oleh umat Tuhan sepanjang sejarah. Ayat ini menceritakan tentang sumur-sumur yang digali oleh para leluhur mereka, khususnya Abraham, yang kemudian ditutup oleh orang-orang Filistin setelah Abraham tiada. Tindakan ini bukanlah sekadar penggalian sumur atau penutupan biasa; ia merupakan simbol dari upaya untuk menghilangkan warisan, menghentikan sumber kehidupan, dan bahkan menghilangkan jejak keberadaan.
Dalam konteks zaman itu, sumur adalah sumber kehidupan yang krusial, terutama di wilayah yang tandus. Menggali sumur berarti menginvestasikan tenaga, waktu, dan sumber daya untuk menemukan air, yang pada gilirannya menopang kehidupan ternak dan keluarga. Ketika orang Filistin menutup sumur-sumur tersebut dan mengisinya dengan tanah, mereka tidak hanya menghilangkan akses terhadap air, tetapi juga menunjukkan keinginan untuk menghalangi kemakmuran dan keberlangsungan hidup umat Allah. Ini adalah tindakan kecemburuan dan penolakan terhadap kehadiran mereka.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa tantangan yang dihadapi oleh Isak, keturunan Abraham, bukanlah hal baru. Generasi sebelumnya juga telah mengalami hal serupa. Penutupan sumur oleh orang Filistin adalah manifestasi dari konflik yang lebih dalam, yaitu kecemburuan atas berkat dan kesuksesan yang Tuhan berikan kepada Abraham dan keluarganya. Ketidakamanan dan rasa iri hati dapat mendorong orang untuk bertindak merusak, mencoba menghentikan apa yang mereka anggap sebagai "kelebihan" orang lain.
Namun, kisah ini tidak berhenti pada gambaran penutupan dan pengisian sumur. Peristiwa ini adalah bagian dari narasi yang lebih besar tentang bagaimana Isak, dengan kebijaksanaan dan bimbingan Tuhan, mampu bangkit dari tantangan tersebut. Meskipun sumur-sumur warisannya direbut, Isak tidak berputus asa. Ia terus menggali sumur-sumur baru di lembah Gerar, dan akhirnya, Tuhan memberkati usahanya dengan menemukan mata air yang melimpah (Kejadian 26:17-22). Lebih dari itu, dalam ayat-ayat berikutnya, disebutkan bahwa Tuhan sendiri menampakkan diri kepadanya dan memberkati dia, sehingga ia menjadi semakin kaya dan berkuasa (Kejadian 26:24-29).
Pelajaran penting yang dapat kita ambil dari Kejadian 26:15 adalah pentingnya ketekunan dan iman dalam menghadapi penolakan dan kecemburuan. Sama seperti sumur-sumur yang sempat tertutup, sumber berkat dan anugerah Tuhan dalam hidup kita mungkin akan menghadapi tantangan atau upaya untuk dihalangi oleh orang lain yang diliputi kecemburuan. Namun, kita dipanggil untuk tidak menyerah. Kita dipanggil untuk terus mencari dan menggali, baik dalam hubungan pribadi kita dengan Tuhan maupun dalam kontribusi kita di dunia.
Ketika kita mengalami penolakan atau upaya untuk meremehkan apa yang kita bangun, penting untuk mengingat bahwa sumber kekuatan sejati kita bukan berasal dari penerimaan manusia, melainkan dari Tuhan. Kisah Isak mengajarkan bahwa meskipun sumur warisan bisa direbut, sumber kehidupan baru bisa ditemukan melalui kesetiaan dan kepercayaan kepada Tuhan. Kecemburuan orang lain mungkin akan berusaha menutup jalan kita, tetapi iman yang teguh akan membuka sumber-sumber berkat yang tak terduga, mengeringkan akar kecemburuan dan membiarkan kehidupan Ilahi mengalir deras.