"Tetapi Allahku telah berkata kepadaku: Janganlah engkau mengusik, atau berbicara kepada kaum itu, baik jahat atau baik."
Ayat yang tercatat dalam Kitab Kejadian pasal 31 ayat 29 ini merupakan sebuah pernyataan kuat dari Yakub, yang disampaikan kepada Laban. Konteksnya adalah saat Yakub melarikan diri dari perbudakan dan penindasan yang telah lama dialaminya di bawah pamannya, Laban. Setelah bertahun-tahun bekerja keras dan mengalami berbagai tipu muslihat, Yakub memutuskan untuk kembali ke tanah leluhurnya bersama keluarganya dan seluruh hartanya.
Dalam situasi pelarian yang genting ini, Yakub sangat menyadari potensi kemarahan dan balas dendam Laban. Laban adalah sosok yang kuat dan memiliki pengaruh di wilayah tersebut. Namun, dalam firman Tuhan yang diterimanya, Yakub diingatkan akan sebuah prinsip penting: perlindungan ilahi adalah yang utama dan mutlak. Allah telah secara spesifik memerintahkan Yakub untuk tidak mengusik Laban dan kaumnya, baik dengan niat buruk maupun niat baik. Ini menunjukkan bahwa campur tangan ilahi tidak hanya melindungi Yakub dari bahaya fisik, tetapi juga membimbing tindakannya dalam menghadapi konflik.
Perintah ini memiliki makna yang mendalam. Pertama, ini menekankan kedaulatan Allah atas situasi yang dihadapi Yakub. Allah bukan hanya mengawasi, tetapi juga secara aktif memberi instruksi. Kedua, ini menunjukkan bahwa kadang-kadang, respons terbaik terhadap ancaman bukanlah konfrontasi langsung atau keinginan untuk membalas, melainkan ketaatan pada petunjuk ilahi. Allah yang tahu segalanya, yang memahami hati Laban dan seluruh dinamika situasi, memberikan arahan yang paling bijak bagi Yakub.
Perkataan Allah kepada Yakub dalam Kejadian 31:29 berfungsi sebagai jaminan keamanan. Meskipun Yakub mungkin merasa cemas dan rentan, perintah ini memberinya kepastian bahwa ia berada di bawah penjagaan Tuhan. Teks ini mengajarkan kita bahwa dalam perjalanan hidup, ketika kita menghadapi orang-orang yang mungkin berniat buruk atau situasi yang rumit, kita perlu mendengarkan suara Tuhan dan taat pada-Nya. Terkadang, kebijaksanaan tertinggi adalah menyerahkan penyelesaian masalah kepada tangan yang lebih berkuasa dan memercayai bahwa Dia akan melindungi kita dan memimpin kita ke jalan yang benar.
Ketaatan Yakub pada perintah ini mencerminkan imannya. Ia tidak memprovokasi Laban, meskipun memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya. Hal ini memungkinkan pelariannya berjalan tanpa hambatan yang berarti dari pihak Laban, meskipun kemudian Laban mengejar mereka. Namun, pada akhirnya, perjumpaan yang terjadi pun diatur oleh Tuhan, yang mencegah pertumpahan darah dan menghasilkan sebuah perjanjian damai antara mereka. Kejadian ini menjadi saksi bisu bagaimana ketaatan pada firman Tuhan, bahkan dalam perintah yang terasa pasif, dapat membawa hasil yang luar biasa dan perlindungan yang tidak terduga.
Inti dari ayat ini adalah pengingat bagi setiap orang: Allah berkuasa dan mampu melindungi umat-Nya, bahkan dalam situasi yang paling menakutkan sekalipun. Ketika kita menghadapi tantangan, mendengarkan dan menaati firman-Nya adalah kunci. Perintah untuk tidak mengusik Laban adalah pelajaran tentang mengendalikan diri, menyerahkan pembalasan kepada Allah, dan mempercayai perlindungan-Nya yang ampuh. Ini adalah prinsip yang relevan hingga kini, mengajarkan kita tentang keagungan dan kesetiaan Tuhan dalam menjaga umat-Nya.