Ayat ini dari Kitab Kejadian pasal 44, ayat 31, menggambarkan inti dari kesedihan mendalam yang dirasakan oleh Yakub, ayah dari Yusuf dan saudara-saudaranya. Permohonan dan peringatan yang disampaikan oleh Yehuda kepada Firaun ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah pengakuan akan betapa rapuhnya kondisi emosional Yakub, terutama setelah bertahun-tahun meyakini bahwa Yusuf telah tiada.
Peristiwa yang mengarah pada ucapan ini adalah ketika saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir untuk membeli gandum di masa kelaparan. Mereka tidak mengenali Yusuf yang kini berkuasa, sementara Yusuf, meskipun mengenali mereka, menguji mereka secara bertahap. Puncaknya adalah ketika Yusuf meminta agar Benyamin, adik kandung Yusuf dari rahim yang sama, dibawa kembali ke Mesir, dengan rencana memasukkan piala peraknya ke dalam karung Benyamin.
Ketika tuduhan pencurian diarahkan pada Benyamin, Yehuda dengan penuh keberanian maju dan memohon kepada Yusuf (yang tidak dikenali sebagai saudaranya) untuk membebaskan Benyamin. Ia rela menggantikan Benyamin menjadi budak demi keselamatan adiknya. Namun, kata-kata Yehuda dalam ayat ini lebih dari sekadar pembelaan. Ia melukiskan dampak mengerikan yang akan terjadi jika Benyamin tidak kembali ke rumah. Bagi Yakub, kehilangan Benyamin akan menjadi pukulan terakhir yang mematikan.
Konsep "dunia orang mati" atau Sheol dalam pemahaman kuno seringkali digambarkan sebagai tempat kesuraman, ketiadaan kehidupan, dan pemisahan dari Allah. Kehilangan Benyamin akan mendorong Yakub yang sudah renta dan berduka karena kehilangan Yusuf, untuk "jatuh dengan berduka cita ke dalam dunia orang mati". Ini menunjukkan betapa besar rasa cintanya kepada anak-anaknya, dan betapa berat beban kesedihan yang akan menimpanya.
Ucapan ini menyoroti kerapuhan iman dan ketahanan emosional Yakub di bawah tekanan penderitaan yang panjang. Ia telah mengalami kehilangan yang luar biasa, dan ancaman kehilangan satu-satunya anak kesayangannya yang tersisa (selain Yusuf) akan menghancurkan semangat hidupnya. Ini adalah gambaran nyata tentang bagaimana kesedihan dapat merenggut kehidupan, mengubah seseorang menjadi bayangan dari dirinya sendiri, dan membawanya menuju akhir yang gelap. Kejadian 44:31 menjadi saksi bisu dari dalamnya kasih seorang ayah dan beratnya beban kehilangan.