"Dan datanglah Yusuf dan memberitahukan kepada Firaun, katanya: 'Ayahku dan saudara-saudaraku, domba-domba dan lembu-lembu mereka, serta segala yang mereka miliki, telah datang dari tanah Kanaan, dan kini mereka telah berada di tanah Gosyen.'"
Bab 47 dalam Kitab Kejadian mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah umat pilihan Allah. Setelah bertahun-tahun berpisah, Yakub dan seluruh keluarganya akhirnya berkumpul kembali dengan Yusuf, putranya yang dianggap telah mati, di tanah Mesir. Pengalaman ini tidak hanya menandai akhir dari kelaparan yang melanda Kanaan, tetapi juga awal dari keberadaan bangsa Israel di negeri asing selama beberapa generasi.
Kisah ini dimulai dengan kedatangan keluarga Yakub ke Mesir. Yusuf, yang telah diangkat menjadi pejabat tinggi, memperkenalkan ayah dan saudara-saudaranya kepada Firaun. Ini adalah sebuah kehormatan besar, mengingat status Yusuf yang begitu tinggi. Firaun, yang dipimpin oleh kebijaksanaan Yusuf, menerima mereka dengan tangan terbuka dan bahkan memberikan mereka tanah terbaik di Mesir, yaitu tanah Gosyen. Tanah Gosyen dikenal subur dan cocok untuk beternak, yang sangat sesuai dengan profesi utama keluarga Yakub. Hal ini menunjukkan berkat dan perlindungan ilahi yang menyertai mereka, bahkan di tengah kesulitan.
Selama waktu ini, Yakub, sang patriark, menghadap Firaun. Dalam momen yang penuh makna spiritual, Yakub memberkati Firaun. Pemberian berkat ini bukan sekadar ucapan biasa, melainkan ungkapan pengakuan atas kuasa Allah yang bekerja melalui Yakub. Ini mencerminkan bagaimana Allah senantiasa mengangkat dan memberkati umat-Nya, bahkan di tengah situasi yang tampaknya tidak menguntungkan. Yakub sendiri hidup selama tujuh belas tahun di Mesir, menikmati masa tuanya dalam kedamaian dan keamanan bersama seluruh keluarganya.
Bagian terpenting dari Kejadian 47 adalah bagaimana Yusuf mengelola seluruh sumber daya Mesir selama masa kelaparan. Ketika makanan di negeri-negeri sekitar habis, Mesir di bawah kepemimpinan Yusuf menjadi satu-satunya sumber makanan. Yusuf secara sistematis mengumpulkan emas, perak, ternak, dan akhirnya tanah serta orang-orang Mesir sendiri sebagai milik Firaun, sebagai imbalan atas pangan yang diberikan. Ini adalah strategi ekonomi yang brilian, yang tidak hanya menyelamatkan Mesir dari kehancuran total, tetapi juga menempatkan kekuasaan Firaun di puncak tertinggi dalam sejarah Mesir kuno.
Namun, di balik strategi ekonomi yang pragmatis ini, terlihat jelas tangan Tuhan yang mengatur segalanya. Kedatangan Yakub dan keluarganya ke Mesir bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. Mereka datang untuk diselamatkan dari kelaparan, dan pada saat yang sama, mereka membawa benih bangsa baru yang kelak akan menjadi bangsa yang besar, diperbudak, dan kemudian dibebaskan oleh Allah. Kejadian 47 mengingatkan kita bahwa bahkan dalam situasi krisis dan migrasi, Allah tetap setia pada janji-Nya dan terus bekerja untuk menggenapi tujuan-Nya.