Kejadian 49:33 - Berkat Terakhir Yakub

Lalu Yakub berpesan kepada anak-anaknya: "Aku ini akan dikumpulkan kepada kaumku. Kuburkanlah aku bersama-sama dengan nenek moyangku di dalam gua yang ada di ladang Efron, orang Het itu,

yaitu gua yang di Makpela, di sebelah timur Mamre, di tanah Kanaan, yang telah dibeli oleh Abraham dari Efron, orang Het itu, sebagai tanah pekuburan.

Di sanalah dikuburkan Abraham dan istrinya, Sara; di sanalah dikuburkan Ishak dan istrinya, Ribka; dan di sanalah kukuburkan Lea."

Pada waktu Yakub selesai berpesan kepada anak-anaknya, ia menarik kakinya ke atas tempat tidurnya dan menyerahkan nyawanya, lalu dikumpulkan kepada kaumnya.

Kitab Kejadian pasal 49 menyajikan momen yang sarat makna dan emosional: berkat terakhir Yakub kepada kedua belas anaknya sebelum ia berpulang ke hadirat Bapa. Ayat 33 ini menjadi penutup dari keseluruhan berkat tersebut, yang lebih berfokus pada persiapan fisik Yakub untuk kematiannya dan pemakamannya.

Setelah memberikan ramalan dan nasihat yang mendalam untuk masa depan setiap suku yang akan lahir dari anak-anaknya, perhatian Yakub beralih kepada hal yang sangat pribadi dan penting: tempat peristirahatan terakhirnya. Ia secara spesifik meminta untuk dikuburkan bersama dengan orang-orang terkasihnya yang telah mendahuluinya. Permintaan ini bukan sekadar urusan keluarga biasa, tetapi memiliki makna teologis dan historis yang penting dalam narasi Israel.

Pemakaman Sebagai Pengukuhan Janji

Gua di Makpela, yang terletak di Hebron, telah dibeli oleh kakek Yakub, Abraham, dari Efron orang Het. Pembelian ini adalah peristiwa signifikan. Abraham dengan tegas menolak tawaran untuk diberikan tanah pekuburan secara cuma-cuma, melainkan memilih untuk membelinya. Ini menunjukkan bahwa Abraham ingin memiliki hak milik atas tanah Kanaan, bukan sekadar menumpang. Dengan demikian, tanah itu menjadi pengukuhan awal dari janji Allah bahwa Kanaan akan menjadi milik keturunan Abraham.

Gua Makpela kemudian menjadi tempat pemakaman bagi generasi-generasi penting dalam silsilah perjanjian: Abraham dan Sara, Ishak dan Ribka, serta Yakub dan Lea. Keinginan Yakub untuk dikuburkan di sana memperkuat ikatan spiritual dan historis antara dirinya, anak-anaknya, dan tanah perjanjian itu. Ini juga merupakan pernyataan iman bahwa ia mempercayakan keturunannya kepada Allah yang telah berjanji kepada nenek moyangnya, meskipun mereka saat itu masih berada di Mesir.

Simbol Gua dan Silsilah Keluarga

Penutup Kehidupan Seorang Patriarch

Ayat terakhir dari pasal 49 ini mencatat saat-saat terakhir kehidupan Yakub. Ia telah menyelesaikan tugas terberatnya sebagai seorang patriarch yang memberikan berkat dan ramalan kepada keturunannya. Setelah itu, ia menarik kakinya ke atas tempat tidurnya, sebuah gestur yang menandakan kedamaian dan penyerahan diri yang sempurna. Frasa "menyerahkan nyawanya, lalu dikumpulkan kepada kaumnya" adalah cara puitis untuk menggambarkan kematian yang tenang dan kepulangan ke tempat peristirahatan kekal bersama para leluhur.

Kejadian 49:33 mengajarkan kita tentang pentingnya warisan, baik spiritual maupun fisik. Bagi Yakub, pemakaman yang layak dan terhormat di tanah perjanjian adalah bagian dari iman dan harapannya. Ini juga menjadi pengingat bagi anak-anaknya, dan bagi kita, bahwa meskipun kehidupan di dunia ini akan berakhir, iman kepada janji Allah membawa kepastian akan kekekalan dan peristirahatan dalam hadirat-Nya, serta pengukuhan identitas sebagai umat yang terikat pada sejarah dan janji ilahi.

Kisah ini juga menyoroti bahwa bahkan di akhir hayat, hal-hal praktis seperti pemakaman pun dapat memiliki makna spiritual yang mendalam. Itu adalah tindakan iman, penghormatan kepada leluhur, dan pengakuan akan kepemilikan tanah perjanjian yang diberikan oleh Tuhan.