Dan menumpangi bahtera itu menumpangi menumpangi Nuh, dan anak-anaknya, dan istri Nuh, dan istri anak-anaknya bersama dia.
Ilustrasi Bahtera Nuh melintasi lautan
Kisah banjir besar dalam Kitab Kejadian merupakan salah satu narasi paling dramatis dan transformatif dalam tradisi keagamaan dunia. Ayat Kejadian 7:6 secara spesifik menyebutkan momen krusial ketika Nuh, keluarganya, dan seluruh makhluk hidup yang diselamatkan mulai memasuki bahtera. Ini adalah titik balik yang menandai dimulainya proses pembersihan dan pembaruan bumi, sekaligus menjadi bukti kekuasaan dan keadilan ilahi yang dikombinasikan dengan belas kasihan.
Dalam konteks ini, kata "menumpangi" yang diulang-ulang dalam ayat tersebut menekankan sebuah proses yang disengaja dan terorganisir. Nuh tidak sekadar memasuki bahtera; ia dan seluruh penghuninya "menumpangi" bahtera itu, sebuah tindakan yang menunjukkan persiapan matang dan kepatuhan terhadap perintah ilahi. Bahtera itu sendiri bukanlah sebuah kapal biasa, melainkan sebuah "tabut" atau "peti" yang dirancang khusus untuk menampung kehidupan dan melindunginya dari malapetaka yang akan datang. Ukuran dan konstruksinya yang detail dalam pasal-pasal sebelumnya menunjukkan betapa seriusnya perintah ini dan betapa pentingnya kelangsungan hidup ciptaan.
Peristiwa ini terjadi di tengah-tengah dunia yang telah menjadi begitu rusak oleh kejahatan manusia. Sang Pencipta, dalam hikmat-Nya yang tak terbatas, memutuskan untuk mengakhiri generasi yang telah begitu jauh menyimpang dari jalan kebenaran. Namun, bukan kehancuran total yang Dia inginkan. Melalui Nuh, seorang yang "mendapat kasih karunia di mata TUHAN" dan yang "hidup benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya," Tuhan memberikan kesempatan bagi kehidupan untuk berlanjut. Nuh diperintahkan untuk membangun bahtera dan mengumpulkan pasangan dari setiap jenis binatang, serta persediaan makanan yang cukup.
Ketika air mulai naik dan hujan turun tanpa henti selama empat puluh hari empat puluh malam, bumi mengalami transformasi yang mengerikan. Air menutupi gunung-gunung tertinggi, menghapus semua jejak kehidupan darat yang tidak berada di dalam bahtera. Ini adalah sebuah pembersihan kosmik, sebuah penghakiman yang tegas, namun juga merupakan awal dari era baru. Kejadian 7:6 adalah momen ketika harapan mulai menemukan jalannya di tengah keputusasaan global. Di dalam bahtera yang kokoh itu, kehidupan yang terpilih tetap aman, menunggu saatnya untuk kembali ke bumi yang diperbaharui.
Kisah ini mengingatkan kita akan keseriusan dosa, namun juga tentang kemampuan Tuhan untuk menyelamatkan dan memelihara kehidupan. Bahtera Nuh menjadi simbol perlindungan dan janji, sebuah pengingat bahwa bahkan di saat-saat paling gelap, ada jalan keluar yang disediakan oleh Sang Pencipta. Memasuki bahtera adalah sebuah tindakan iman yang monumental, sebuah lompatan keyakinan ke dalam rencana ilahi yang lebih besar. Kejadian 7:6 bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga pelajaran abadi tentang kedaulatan Tuhan, pentingnya ketaatan, dan harapan yang selalu ada.