Ayat Keluaran 16:7 merupakan bagian krusial dari narasi pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Ayat ini diucapkan oleh Musa atas nama Tuhan, sebagai respons terhadap keluhan bangsa Israel yang merasa kelaparan dan putus asa di padang gurun. Setelah mereka keluar dari Mesir, perjalanan mereka tidak serta-merta dipenuhi kenyamanan. Justru, tantangan baru muncul, yang menguji iman dan kepercayaan mereka kepada Tuhan yang telah memilih dan memimpin mereka. Keluhan ini bukan hanya sekadar ungkapan kekecewaan, melainkan juga sebuah bentuk pengabaian terhadap kuasa dan janji Tuhan.
Tuhan, dalam kasih dan kemurahan-Nya, tidak membiarkan umat pilihan-Nya binasa dalam kekurangan. Melalui Musa, Tuhan menjanjikan dua tanda mukjizat yang akan meneguhkan iman mereka. Pertama, pada waktu petang, Tuhan akan menurunkan burung puyuh untuk dimakan. Ini adalah jawaban langsung atas kebutuhan fisik mereka akan makanan. Bayangkanlah kelegaan luar biasa yang dirasakan ketika rombongan besar manusia yang kelaparan tiba-tiba disuguhkan sumber makanan yang melimpah. Ini menunjukkan bahwa Tuhan memperhatikan setiap detail kebutuhan umat-Nya, bahkan dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun.
Kedua, dan yang lebih signifikan, pada waktu pagi, Tuhan akan menurunkan "roti dari langit" yang dikenal sebagai manna. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa kemuliaan Tuhan akan terlihat pada waktu pagi. Manna ini bukanlah hasil dari usaha manusia, melainkan murni karunia ilahi. Kehadiran manna setiap hari menjadi bukti nyata bahwa Tuhan adalah pemelihara yang setia. Ia tidak hanya menyediakan makanan untuk saat itu, tetapi juga memastikan bahwa kebutuhan mereka akan terus terpenuhi seiring perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian. Hal ini mengajarkan tentang ketergantungan total kepada Tuhan dan keyakinan bahwa Dia sanggup menyediakan apa yang kita butuhkan, meskipun sumbernya tampak tidak terduga.
Ayat ini juga menyoroti sifat keluhan manusia. Bangsa Israel, meskipun baru saja mengalami keajaiban pembebasan dari perbudakan, dengan cepat melupakan perbuatan besar Tuhan. Keluhan mereka terdengar seperti ketidakpercayaan dan pengingkaran terhadap campur tangan ilahi. Pertanyaan retoris "Sebab apakah kami ini, maka kamu mengeluh terhadap Dia?" mengajak pembaca untuk merenungkan alasan di balik keluhan tersebut. Seringkali, keluhan kita muncul bukan karena tidak adanya solusi, tetapi karena kurangnya iman dan kesabaran dalam menunggu waktu Tuhan.
Keluaran 16:7 memberikan pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Pertama, Tuhan peduli terhadap kebutuhan fisik dan spiritual kita. Kedua, mukjizat dapat datang dalam berbagai bentuk, baik yang dramatis maupun yang sederhana namun konsisten. Ketiga, penting untuk menjaga sikap syukur dan kepercayaan, bahkan ketika kita menghadapi kesulitan. Mengeluh tanpa doa dan tanpa keyakinan hanya akan menjauhkan kita dari hadirat Tuhan dan mengurangi kemampuan kita untuk melihat penyertaan-Nya. Sebaliknya, dengan iman, kita dapat melihat kemuliaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, sama seperti bangsa Israel melihatnya dalam manna dan burung puyuh di padang gurun. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya, melainkan selalu menyediakan jalan keluar dan pemeliharaan yang tak terduga.