Keluaran 30:1

"Engkau harus membuat mezbah pembakaran ukupan; dari kayu akasia harus kaubuat itu."

Ukupan Harum Mezbah Ukupan

Ilustrasi artistik mezbah ukupan, melambangkan kesucian dan persembahan.

Makna dan Penafsiran Keluaran 30:1

Ayat ini membuka sebuah segmen penting dalam Kitab Keluaran, yaitu petunjuk rinci dari Tuhan kepada Musa mengenai pembangunan dan penggunaan perlengkapan-perlengkapan di Tabernakel. Secara spesifik, Keluaran 30:1 menginstruksikan pembuatan "mezbah pembakaran ukupan." Perintah ini bukan sekadar instruksi pembangunan fisik, melainkan membawa makna teologis dan spiritual yang mendalam bagi bangsa Israel.

Mezbah ukupan yang terbuat dari kayu akasia ini memiliki peran sentral dalam ibadah sehari-hari di Tabernakel. Ukupan yang dibakar di atasnya bukan sembarang wangi-wangian, melainkan campuran rempah-rempah yang disiapkan secara khusus, yang dikenal sebagai "ukupan kudus." Bau harum yang dihasilkan dari pembakaran ukupan ini melambangkan doa-doa umat yang dinaikkan kepada Tuhan. Dalam Wahyu 5:8 dan 8:3-4, doa orang-orang kudus digambarkan sebagai "cawan-cawan mas yang penuh dengan dupa, yaitu doa orang-orang kudus." Hal ini menunjukkan bahwa mezbah ukupan adalah simbol kuat dari hubungan yang intim antara umat Tuhan dengan Sang Pencipta, di mana doa-doa mereka menjadi persembahan yang menyenangkan di hadapan-Nya.

Kualitas Kayu Akasia

Pemilihan kayu akasia untuk membuat mezbah ukupan, serta banyak perlengkapan Tabernakel lainnya, bukanlah kebetulan. Kayu akasia dikenal sebagai kayu yang kuat, tahan lama, dan memiliki serat yang indah. Sifat-sifat ini seringkali diartikan sebagai gambaran keutuhan, kekuatan, dan keindahan yang seharusnya dimiliki oleh kesaksian iman umat. Tuhan seringkali memilih material yang memiliki kualitas terbaik untuk membangun tempat kediaman-Nya dan alat-alat ibadah-Nya, yang mencerminkan kekudusan dan keagungan-Nya.

Peran Imam dalam Peribadahan

Penyalaan ukupan di mezbah ini secara eksklusif dilakukan oleh para imam, yang dilayinkan dari suku Lewi. Tugas ini, yang dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), menekankan pentingnya peran perantaraan. Para imam bertugas untuk memastikan bahwa doa-doa umat terus menerus dinaikkan kepada Tuhan, menjaga hubungan yang berkelanjutan antara Tuhan dan umat-Nya. Kesalahan dalam persembahan ukupan, seperti yang terjadi pada Nadab dan Abihu, menunjukkan betapa seriusnya Tuhan memandang ibadah yang kudus dan teratur.

Aplikasi Masa Kini

Meskipun Tabernakel dan mezbah ukupan secara fisik tidak lagi ada dalam konteks ibadah masa kini, prinsip rohaninya tetap relevan. Bagi orang percaya, doa adalah sarana utama untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Kita diundang untuk terus-menerus menaikkan doa-doa kita, baik pujian, syukur, permohonan, maupun pengakuan dosa, kepada Tuhan. Kehidupan doa yang konsisten dan tulus menjadi "ukupan harum" yang dipersembahkan kepada Tuhan, menjadi bukti iman dan keserahan kita.

Keluaran 30:1 mengingatkan kita akan pentingnya ibadah yang teratur, tulus, dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Setiap doa yang kita naikkan, dengan hati yang bersih dan iman yang teguh, adalah persembahan yang berharga di hadapan Tuhan, serupa dengan ukupan harum yang dibakar di mezbah Tabernakel.