Keluaran 30 21: Petunjuk Kemurnian Kehidupan

"Maka haruslah Harun dan anak-anaknya membasuh tangan dan kaki mereka dengan air itu dari dalamnya, supaya mereka jangan mati, apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan, atau apabila mereka mendekati mezbah untuk menyelenggarakan ibadah, atau apabila mereka mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN."

Ayat Keluaran 30:21 bukan sekadar sebuah instruksi seremonial bagi para imam di zaman Perjanjian Lama. Lebih dari itu, ayat ini memuat pelajaran mendalam tentang pentingnya kemurnian dalam setiap aspek kehidupan, terutama ketika kita berinteraksi dengan yang ilahi dan menjalankan tugas-tugas penting. Kata "kemurnian" menjadi kunci utama yang diulang-ulang dalam ayat ini, baik secara tersurat maupun tersirat, menegaskan bahwa mendekati Tuhan dan melayani-Nya membutuhkan kesiapan diri yang bersih.

Dalam konteks sejarahnya, instruksi ini diberikan kepada Harun dan putra-putranya, para imam yang bertugas di Kemah Pertemuan. Mereka memiliki peran krusial untuk menjadi perantara antara Tuhan dan umat-Nya. Oleh karena itu, standar kesucian mereka haruslah sangat tinggi. Pembasuhan tangan dan kaki dari bejana air yang telah ditentukan bukanlah tindakan higienis biasa, melainkan sebuah ritual pembersihan spiritual dan fisik yang menandakan kesiapan untuk memasuki hadirat Tuhan. Tangan yang bersih berarti tindakan yang benar, sementara kaki yang bersih menyimbolkan langkah-langkah yang dijaga dari kenajisan.

Pentingnya ayat ini tidak berhenti pada masa lampau. Bagi kita di masa kini, meskipun konteks peribadatan mungkin berbeda, prinsip kemurnian tetap relevan. "Keluaran 30 21" mengajarkan bahwa ketika kita berdoa, merenung, atau bahkan terlibat dalam pelayanan, kita perlu mempersiapkan diri. Ini berarti menyingkirkan niat yang kotor, pikiran yang tidak murni, atau tindakan yang tercela. Tangan kita harus siap untuk melakukan pekerjaan yang baik, dan langkah kaki kita harus diarahkan pada jalan kebenaran.

Simbol pemurnian dengan tetesan air dan tangan yang bersih

Pelajaran lainnya adalah mengenai konsekuensi dari ketidakmurnian. Ayat ini secara tegas menyatakan, "supaya mereka jangan mati". Kematian di sini bisa diartikan secara literal bagi mereka pada masa itu, namun juga sebagai gambaran tentang terputusnya hubungan dengan Tuhan akibat dosa dan kenajisan. Ketidakmurnian dapat menghalangi kita untuk mengalami hadirat Tuhan secara penuh dan mengaburkan panggilan pelayanan kita. Ini mengingatkan kita bahwa kemurnian bukan pilihan, melainkan sebuah keharusan bagi hubungan yang sehat dengan Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana kita bisa menerapkan prinsip Keluaran 30:21? Ini dimulai dari introspeksi diri secara teratur. Mengakui kesalahan, meminta pengampunan, dan bertekad untuk tidak mengulanginya adalah langkah awal menuju kemurnian. Menjaga perkataan, pikiran, dan perbuatan agar selaras dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran juga merupakan bagian integral dari proses ini. Setiap kali kita mendekati Tuhan dalam doa atau bersiap untuk melayani sesama, mari ingat instruksi kuno ini: basuhlah tangan dan kakimu, bersiaplah dengan hati yang murni.

Dengan demikian, Keluaran 30:21 menjadi pengingat abadi bahwa integritas dan kesucian adalah fondasi penting bagi setiap individu yang ingin hidup dekat dengan Tuhan dan menjalankan tugas-tugas kehidupan dengan benar. Ketaatan pada prinsip kemurnian akan membawa kita lebih dekat kepada tujuan ilahi dan memampukan kita untuk menjadi saluran berkat bagi dunia.