"Dan engkau harus mengurapi mezbah pembakaran itu dengan minyaknya, dan menguduskannya, dan mezbah itu akan menjadi sangat kudus; setiap orang yang menjamah mezbah itu akan menjadi kudus."
Ayat Keluaran 30:27 membawa kita pada gambaran yang begitu kaya akan makna spiritual. Di tengah detail instruksi ilahi mengenai pembuatan tabernakel dan perlengkapannya, Tuhan memberikan penegasan tentang kesucian yang menyertainya. Mezbah pembakaran, sebuah titik sentral untuk persembahan korban, secara spesifik diinstruksikan untuk diurapi dengan minyak kudus. Tindakan pengurapan ini bukan sekadar ritual, melainkan simbolisasi persembahan kekudusan dan pemisahan bagi Tuhan.
Bagi bangsa Israel kuno, mezbah ini adalah tempat di mana dosa diakui dan pengampunan dicari melalui korban. Minyak yang mengalir di atas permukaannya menandakan berkat dan hadirat Tuhan yang memurnikan. Konsep bahwa "setiap orang yang menjamah mezbah itu akan menjadi kudus" menegaskan bahwa akses kepada Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya membawa transformasi. Ini bukan tentang kesempurnaan manusia, tetapi tentang kuasa ilahi yang membuat yang najis menjadi kudus melalui perjumpaan dengan yang kudus itu sendiri.
Meskipun kita tidak lagi hidup di bawah sistem hukum Taurat yang sama, prinsip di balik Keluaran 30:27 tetap relevan. Kata kunci "keluaran 30 27" mengingatkan kita pada konsep kekudusan yang ditanamkan Tuhan dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya. Dalam konteks iman Kristen, Yesus Kristus adalah mezbah pembakaran kita yang utama, tempat di mana pengorbanan sempurna telah dikerjakan untuk menebus dosa manusia.
Melalui iman kepada-Nya, kita diurapi dengan Roh Kudus, yang memisahkan kita dari dunia dan menguduskan kita. Sama seperti mezbah yang menjadi kudus saat diurapi minyak, hidup kita menjadi kudus saat kita menyerahkannya kepada Tuhan dan membiarkan hadirat-Nya memancar melaluinya. Sentuhan pada mezbah kuno membawa kekudusan; sentuhan pada Kristus membawa pengampunan, pemulihan, dan hidup yang baru.
Penekanan pada "keluaran 30 27" juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai hal-hal yang kudus. Di tengah kesibukan dunia yang serba cepat dan seringkali dipenuhi dengan hal-hal yang duniawi, kita dipanggil untuk menjaga hati dan pikiran kita tetap terfokus pada Tuhan. Mencari hadirat-Nya melalui doa, firman Tuhan, dan persekutuan dengan sesama orang percaya adalah cara kita "menjamah mezbah" kekudusan-Nya di masa kini. Setiap tindakan yang dilakukan dengan motivasi untuk memuliakan Tuhan, setiap perkataan yang membangun, dan setiap kesempatan untuk melayani adalah tetesan berkat yang menguduskan.
Mari kita renungkan bagaimana kita dapat mengaplikasikan kebenaran Keluaran 30:27 dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kita membiarkan kekudusan Tuhan mengubah perspektif kita, tindakan kita, dan relasi kita? Pengurapan minyak pada mezbah adalah gambaran yang indah tentang bagaimana Tuhan tidak hanya mengampuni kita, tetapi juga memberdayakan kita untuk hidup dalam kekudusan, memancarkan terang-Nya ke dunia yang membutuhkan. Ayat ini adalah undangan untuk terus mendekat kepada Sumber segala kekudusan, di mana kita akan senantiasa menemukan berkat yang memperbaharui.