"Enam hari boleh diperbuat pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh ialah Sabat, hari perhentian yang kudus bagi TUHAN; setiap orang yang bekerja pada hari Sabat, pastilah dihukum mati."
Firman Tuhan dalam Kitab Keluaran pasal 31, ayat 15, memberikan penekanan yang luar biasa pada makna dan kesucian hari Sabat. Ayat ini bukan sekadar sebuah aturan, melainkan fondasi penting dalam hubungan umat pilihan dengan Sang Pencipta. Inti dari ayat ini adalah instruksi yang jelas: "Enam hari boleh diperbuat pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh ialah Sabat, hari perhentian yang kudus bagi TUHAN." Perintah ini menggarisbawahi keseimbangan antara kerja dan istirahat, antara aktivitas duniawi dan pemeliharaan rohani.
Konsep hari Sabat jauh melampaui sekadar larangan bekerja. Ini adalah hari untuk mengenang karya penciptaan Allah, di mana Dia sendiri beristirahat pada hari ketujuh dan menjadikannya kudus. Oleh karena itu, hari Sabat menjadi simbol pengingat akan kedaulatan Allah atas segala sesuatu, termasuk waktu dan kehidupan manusia. Perhentian pada hari Sabat bukan berarti kemalasan, melainkan sebuah jeda yang disengaja untuk memulihkan diri, baik secara fisik maupun spiritual. Ini adalah kesempatan untuk mengisi kembali energi, merenungkan kebaikan Tuhan, dan memperkuat ikatan pribadi dengan-Nya.
Lebih jauh lagi, ayat ini juga menyertakan konsekuensi serius bagi pelanggaran Sabat: "setiap orang yang bekerja pada hari Sabat, pastilah dihukum mati." Ancaman hukuman mati ini menunjukkan betapa pentingnya perintah ini di mata Tuhan. Ini adalah peringatan tegas bahwa melanggar hari yang telah dikuduskan-Nya berarti meremehkan otoritas-Nya dan mengabaikan perjanjian yang telah dibuat. Dalam konteks zaman dahulu, ini juga merupakan cara untuk memastikan umat Israel tidak terpengaruh oleh praktik-praktik keagamaan bangsa lain yang mungkin tidak menghormati hari perhentian suci.
Di era modern, pemahaman tentang Sabat seringkali diinterpretasikan secara lebih luas. Meskipun konteks hukuman mati tidak lagi diberlakukan secara harfiah dalam banyak tradisi, prinsip utama di baliknya tetap relevan. Hari Sabat mengajarkan kita pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup, menghindari kesibukan yang berlebihan, dan meluangkan waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting: keluarga, komunitas, refleksi diri, dan hubungan dengan Tuhan. Di tengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, hari Sabat menawarkan anugerah istirahat, kesempatan untuk bernapas, dan mengingatkan kita bahwa hidup ini bukan hanya tentang bekerja, tetapi juga tentang beristirahat dalam pemeliharaan Sang Pencipta. Ini adalah pengingat abadi tentang ketergantungan kita pada Tuhan dan pentingnya menghormati waktu yang telah Dia tetapkan.