"Dan ia membuat tabut itu dari kayu penaga: dua hasta panjangnya, satu hasta lebarnya, dan satu hasta tingginya. Lalu ia menyalutnya dengan emas murni, dari dalam dan dari luar, dan ia membuat bingkai emas sekelilingnya."
Ayat yang terukir dalam Kitab Keluaran pasal 37, ayat 9, ini membawa kita pada gambaran detail mengenai penciptaan salah satu artefak paling suci dalam tradisi Israel: Tabut Perjanjian. Deskripsi yang diberikan oleh Musa, berdasarkan petunjuk ilahi, sangat spesifik, menekankan ukuran, bahan, dan keindahan luar biasa dari wadah yang dirancang untuk menyimpan loh-loh batu sepuluh perintah Allah.
Ukuran Tabut, yang memiliki panjang dua hasta, lebar satu hasta, dan tinggi satu hasta, bukan sekadar dimensi fisik. Dalam konteks ukuran kuno, dimensi ini menunjukkan proporsi yang kokoh dan terhormat. Kayu penaga (atau kayu akasia) dipilih sebagai material dasarnya. Kayu ini dikenal kuat dan tahan lama, mencerminkan sifat kekal dan keandalan janji-janji Allah.
Namun, yang paling menonjol adalah penyalutan Tabut dengan emas murni. Emas, sebagai logam mulia, melambangkan kemurnian, kekudusan, dan kemuliaan ilahi. Penyalutan ini dilakukan "dari dalam dan dari luar," sebuah detail yang sangat penting. Ini menunjukkan bahwa kekudusan dan kemuliaan Allah tidak hanya terlihat dari luar, tetapi juga meresap hingga ke inti, mencakup segala aspek dari keberadaan-Nya dan manifestasi-Nya di dunia. Bingkai emas yang mengelilinginya semakin menambah keindahan dan kehormatan Tabut.
Keluaran 37 9 tidak hanya menceritakan tentang pembuatan sebuah benda. Ayat ini adalah jendela menuju pemahaman tentang bagaimana umat kuno memandang kekudusan Tuhan. Tabut Perjanjian adalah simbol fisik dari perjanjian antara Allah dan umat-Nya, serta penanda kehadiran-Nya yang kudus di tengah-tengah mereka. Emas murni yang melingkupinya menegaskan bahwa kehadiran Allah adalah sesuatu yang transenden, suci, dan penuh kemuliaan.
Setiap detail dalam pembuatan Tabut, termasuk penggunaan kayu penaga dan penyalutan emas murni, dirancang untuk menciptakan objek yang mencerminkan kesempurnaan dan standar ilahi. Ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam segala hal yang dipersembahkan kepada Tuhan, hendaknya ada ketelitian, kesungguhan, dan penggunaan materi terbaik yang tersedia, sebagai wujud penghormatan tertinggi. Konsep keluaran 37 9 mengajarkan bahwa bahkan dalam hal-hal yang tampaknya material, makna rohani yang mendalam dapat ditemukan, terutama ketika itu berkaitan dengan penyembahan dan hubungan dengan Yang Maha Suci. Keindahan Tabut Perjanjian adalah cerminan dari keindahan dan kemuliaan Allah sendiri.