"Dan engkau harus membubuhkan minyak itu pada mezbah korban bakaran, dan mengurapi mezbah itu, supaya menjadi kudus; tiga kali korban sembelihan."
Ayat Keluaran 40:11 dari Alkitab menghadirkan sebuah instruksi penting dari Tuhan kepada Musa terkait dengan pembangunan Kemah Suci dan perlengkapannya. Perintah untuk mengurapi mezbah korban bakaran dengan minyak bukan sekadar ritual tanpa makna. Sebaliknya, tindakan ini sarat dengan signifikansi teologis dan simbolis yang mendalam bagi umat Israel pada masa itu, dan bahkan terus relevan hingga kini. Minyak urapan yang digunakan adalah minyak khusus yang disucikan, dipercayakan untuk menandai dan menguduskan objek-objek yang digunakan dalam ibadah kepada Tuhan.
Mezbah korban bakaran merupakan pusat dari ibadah harian dan penebusan dosa di Kemah Suci. Setiap pagi dan sore, korban bakaran dipersembahkan di atas mezbah ini sebagai tanda pengabdian dan permohonan ampun kepada Tuhan. Ketika Tuhan memerintahkan agar mezbah ini diurapi, Ia secara harfiah menyatakan bahwa tempat ini akan dikuduskan, dipisahkan dari segala sesuatu yang biasa dan menjadi area yang suci karena kehadiran dan persetujuan-Nya. Pengurapan ini secara simbolis melambangkan pencurahan Roh Kudus yang akan memampukan umat untuk mendekat kepada Tuhan dalam kekudusan.
Tiga kali korban sembelihan yang disebutkan dalam ayat ini menegaskan kembali fokus pada pembaruan dan pengudusan yang berkelanjutan. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang kudus dengan Tuhan bukanlah pencapaian sekali jadi, melainkan sebuah proses yang membutuhkan komitmen dan pembaruan terus-menerus. Melalui pengurapan dan persembahan korban, Tuhan menunjukkan kasih karunia-Nya untuk berdiam di tengah-tengah umat-Nya, sekalipun mereka berdosa. Hadirat Tuhan yang dinyatakan melalui Kemah Suci ini menjadi sumber kekuatan, perlindungan, dan penuntun bagi bangsa Israel dalam perjalanan mereka.
Dalam konteks yang lebih luas, Keluaran 40:11 mengingatkan kita bahwa Tuhan menghendaki kesucian dalam segala aspek hubungan-Nya dengan manusia. Setiap elemen dalam ibadah memiliki tujuannya untuk mendatangkan kedekatan dengan Tuhan yang kudus. Pengurapan dengan minyak juga menjadi gambaran masa depan tentang Kristus sendiri, yang diurapi oleh Roh Kudus untuk menjadi Imam Besar kita, Pengantara kita, dan Korban yang sempurna bagi dosa kita. Melalui Kristus, kita kini dapat mendekat kepada Tuhan dengan keberanian dan dalam kekudusan-Nya.
Memahami ayat ini membantu kita menghargai betapa Tuhan sangat peduli dengan detail dalam cara kita menyembah dan mendekat kepada-Nya. Itu bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah undangan untuk mengalami hadirat-Nya yang kudus dan menguatkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengingat instruksi spesifik ini, kita diingatkan untuk selalu memperlakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan Tuhan dengan hormat dan kekudusan.