Simbol Kemah Suci dan Tabut Perjanjian
Ayat Keluaran 40:21 membawa kita pada momen krusial dalam narasi Keluaran, yaitu saat selesainya pembangunan Kemah Suci. Setelah berbulan-bulan kerja keras, mengikuti setiap detail yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Musa, tibalah saatnya untuk menguduskan tempat pertemuan Ilahi ini. Penempatan tabut perjanjian di dalam ruang mahakudus, yang kemudian ditutupi dengan tirai pemisah, menandai sebuah peralihan spiritual yang mendalam.
Tabut perjanjian, yang berisi loh batu Sepuluh Perintah Allah, adalah simbol kehadiran Tuhan yang paling nyata di antara umat-Nya. Keberadaannya di dalam kemah yang telah didirikan dengan susah payah menunjukkan bahwa Tuhan hendak tinggal bersama umat-Nya, mendengarkan doa mereka, dan memimpin mereka. Tindakan Musa mendatangkan tabut ini, disertai dengan pemasangan tirai penutup, menegaskan kesucian dan keagungan tempat tersebut. Tirai itu berfungsi sebagai pemisah antara ruang kudus dan ruang mahakudus, tempat di mana hanya imam besar yang boleh masuk setahun sekali.
Peristiwa Keluaran 40:21 bukan sekadar catatan sejarah pembangunan fisik. Di balik kemegahan Kemah Suci dan penempatan tabut, terkandung makna spiritual yang kaya. Tabut perjanjian melambangkan perjanjian kekal antara Tuhan dan umat Israel. Isinya, yaitu hukum Tuhan, adalah panduan moral dan spiritual bagi kehidupan mereka. Dengan menempatkan tabut di tempat tersembunyi yang teramat kudus, Tuhan menunjukkan bahwa kehadiran-Nya menuntut kekudusan dan ketaatan.
Keluaran 40:21 juga berbicara tentang ketaatan. Musa, sebagai pemimpin yang setia, memastikan bahwa setiap perintah Tuhan dilaksanakan tanpa kecuali. Ini mengajarkan kita pentingnya mengikuti firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Keberhasilan pembangunan Kemah Suci dan penempatan tabut adalah bukti konkret bahwa ketika umat manusia berusaha untuk menyenangkan Tuhan, Dia berkenan hadir dan menyatakan kuasa-Nya.
Meskipun Kemah Suci adalah bagian dari sejarah Israel kuno, prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya tetap relevan. Dalam konteks kekristenan, Kemah Suci dan tabut perjanjian dipandang sebagai gambaran dari Kristus dan karya penebusan-Nya. Kristus adalah Tabut Perjanjian yang baru, yang membawa perjanjian kasih karunia dan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Tirai di Bait Allah yang terbelah saat kematian Kristus menunjukkan bahwa melalui Dia, kita semua memiliki akses langsung kepada Tuhan.
Ayat Keluaran 40:21 mengingatkan kita bahwa Tuhan merindukan kedekatan dengan umat-Nya. Namun, kedekatan ini selalu didasarkan pada kekudusan-Nya. Kita dipanggil untuk hidup kudus, memelihara perjanjian kita dengan Tuhan melalui doa, Firman, dan ketaatan. Kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya adalah sebuah anugerah yang luar biasa, dan seperti Musa, kita patut menyambutnya dengan hati yang penuh syukur dan hormat.
Penempatan tabut perjanjian menandai dimulainya kehidupan rohani yang baru bagi umat Israel di padang gurun. Itu adalah titik awal dari perjalanan mereka dipimpin oleh hadirat Tuhan yang nyata. Kita pun dapat mengalami hal serupa dalam kehidupan pribadi kita, ketika kita membuka hati dan hidup kita untuk kehadiran Tuhan, Dia akan memimpin kita melalui setiap tantangan, menerangi jalan kita dengan kasih-Nya yang tak terbatas.