Keluaran 40 31

"Dan Musa mengambil minyak urapan itu dan mengurapi Kemah Suci dan segala yang ada di dalamnya, menguduskannya. Ia juga mengambil minyak itu dan mengurapi mezbah pendamaian itu tiga kali, dan mengurapi mezbah persembahan bakaran itu dengan segala perkakasnya, dan ia membasuh mezbah itu dan bejana-bejananya, agar kudus adanya."

ILAHI

Ayat Keluaran 40:31 merupakan sebuah momen krusial dalam narasi keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Ayat ini menggambarkan puncak dari proses pembangunan Kemah Suci, tempat ibadah bergerak yang menjadi simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Tindakan pengurapan oleh Musa, dengan menggunakan minyak khusus yang telah diperintahkan Allah, bukan sekadar ritual biasa. Ini adalah tindakan pengudusan, sebuah pemisahan untuk tujuan yang suci dan ilahi.

Minyak urapan yang digunakan adalah ramuan spesifik yang diperintahkan Allah sendiri, menunjukkan betapa pentingnya setiap detail dalam pekerjaan-Nya. Pengurapan ini dilakukan pada setiap elemen Kemah Suci: mulai dari Kemah itu sendiri, seluruh isinya, hingga mezbah-mezbah persembahan. Ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang terkait dengan ibadah kepada Allah haruslah kudus dan terpisah dari keduniawian. Bahkan mezbah pendamaian dan mezbah persembahan bakaran, yang merupakan pusat dari sistem korban dan penebusan dosa, juga diurapi. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan dalam aspek yang paling fundamental dari hubungan manusia dengan Allah, yaitu pengampunan dosa melalui korban, haruslah disucikan dan memiliki otoritas ilahi.

Proses pengurapan ini bukan hanya simbolis, tetapi juga merupakan penegasan akan status Kemah Suci sebagai tempat tinggal Allah yang Mahakudus. Dengan mengurapi segalanya, Musa menandakan bahwa tempat ini telah dipisahkan dari segala sesuatu yang biasa dan dikhususkan untuk melayani TUHAN. Air yang digunakan untuk membasuh mezbah dan bejananya juga menekankan pentingnya kesucian. Segala sesuatu yang digunakan dalam ibadah haruslah bersih dan bebas dari najis, baik secara fisik maupun spiritual.

Makna dari Keluaran 40:31 jauh melampaui konteks sejarah Israel kuno. Bagi umat percaya modern, ayat ini mengajarkan prinsip-prinsip penting tentang kekudusan, pengudusan, dan pemisahan untuk pelayanan. Kita dipanggil untuk menguduskan diri kita sendiri bagi Allah, memisahkan diri dari dosa dan segala sesuatu yang dapat menghalangi hubungan kita dengan-Nya. Seperti Kemah Suci yang diurapi untuk menjadi tempat kehadiran Allah, hati dan kehidupan kita juga seharusnya menjadi tempat kediaman Roh Kudus. Pengurapan rohani yang kita terima melalui Kristus memungkinkan kita untuk menjalani kehidupan yang kudus dan berkenan di hadapan-Nya.

Keluaran 40:31 mengingatkan kita bahwa setiap aspek kehidupan kita, termasuk cara kita beribadah dan melayani, haruslah dilakukan dalam kesadaran akan kekudusan Allah. Kita tidak bisa sembarangan mendekati-Nya. Ada standar kekudusan yang harus dipenuhi, dan standar itu hanya dapat dicapai melalui pengorbanan Anak Domba Allah, Yesus Kristus, yang melalui darah-Nya, kita diuduskan dan diperdamaikan dengan Bapa. Oleh karena itu, mari kita renungkan makna pengurapan ilahi ini dan berusaha untuk hidup sesuai dengan panggilan kekudusan yang telah dianugerahkan kepada kita.

Ayat ini juga menyoroti pentingnya bimbingan ilahi. Musa bertindak persis seperti yang diperintahkan Allah. Inilah kunci keberhasilan dan kekudusan dalam setiap pelayanan. Ketika kita mengikuti petunjuk-Nya dengan setia, kita memastikan bahwa apa yang kita lakukan adalah sesuai dengan kehendak-Nya dan akan mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya. Semangat untuk menguduskan segala sesuatu, seperti yang diteladankan dalam Keluaran 40:31, harus menjadi dorongan bagi kita untuk memberikan yang terbaik dalam setiap aspek kehidupan kita, sebagai wujud penghormatan kepada Tuhan yang Mahakudus.