"Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN: "Bilakah kiranya aku dapat berbicara dengan seorang Firaun dan mengeluarkan orang Israel dari Mesir?""
Ayat dari Kitab Keluaran pasal 6 ayat 12 ini menggambarkan momen keraguan dan kegundahan yang dirasakan oleh Musa. Di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, Musa menyuarakan keterbatasannya dan pertanyaan yang mungkin sangat manusiawi. Ia merasa kecil dan tidak mampu berhadapan dengan kekuasaan Firaun yang kokoh, apalagi tugas besar untuk membebaskan seluruh bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Ini adalah pengingat penting bahwa bahkan para tokoh besar dalam sejarah keselamatan pun pernah bergumul dengan rasa tidak percaya diri dan keraguan.
Keluaran 6:12 bukan hanya sekadar keluhan Musa, melainkan juga sebuah jendela untuk memahami bagaimana Allah seringkali memilih orang yang merasa tidak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas-Nya yang terbesar. Musa, yang sebelumnya adalah seorang gembala yang tenang di Midian, kini dihadapkan pada tanggung jawab yang luar biasa berat. Ia mungkin memikirkan tentang kemampuannya berbicara, kepribadiannya, dan segala keterbatasan lain yang ia miliki. Perbandingannya dengan kekuasaan absolut Firaun membuatnya merasa sangat kecil. Namun, di sinilah letak keajaiban panggilan ilahi. Allah tidak mencari orang yang paling siap, tetapi Ia mempersiapkan orang yang Ia panggil.
Meskipun Musa menyatakan keraguannya, respons Tuhan dalam pasal-pasal selanjutnya menunjukkan bahwa ketidakmampuan Musa bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, Tuhan menegaskan kembali janji-Nya dan janji untuk menyertai Musa. Ketika Musa merasa "berat mulut dan berat lidah" (Keluaran 4:10), Tuhan menetapkan Harun, abang Musa, untuk menjadi juru bicaranya. Ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki cara-cara-Nya yang unik untuk mengatasi kelemahan para hamba-Nya. Keluaran 6:12 mengingatkan kita bahwa ketika kita merasa tidak sanggup, penting untuk tidak hanya merenungkan keterbatasan kita, tetapi juga untuk melihat kepada sumber kekuatan sejati, yaitu Allah.
Perjalanan Musa untuk mengeluarkan bangsa Israel dari Mesir adalah bukti nyata dari kesetiaan Tuhan dan kekuatan-Nya yang bekerja melalui kelemahan manusia. Setiap kali kita menghadapi tugas yang terasa melampaui kemampuan kita, ayat ini dapat menjadi sumber penghiburan. Ingatlah bahwa panggilan untuk melayani Tuhan seringkali datang bersamaan dengan perasaan tidak cukup. Namun, di dalam ketidakcukupan itulah, kemuliaan Tuhan dapat dinyatakan. Jangan biarkan keraguan menghalangi Anda untuk merespons panggilan-Nya. Percayalah bahwa Tuhan yang memanggil, akan menyediakan kekuatan dan cara yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Kisah Musa ini mengajarkan bahwa iman bukan berarti tidak adanya keraguan, melainkan iman adalah bertindak meskipun ada keraguan, dengan menaruh kepercayaan penuh pada janji dan kuasa Tuhan. Ketika kita bergumul dengan tugas-tugas yang diberikan Tuhan, seperti Musa yang bergumul dengan Firaun, kita diundang untuk membawa keraguan kita kepada-Nya dan mengandalkan kekuatan-Nya, bukan kekuatan kita sendiri.