Kisah Para Rasul pasal 16 mencatat sebuah peristiwa dramatis yang dialami oleh Rasul Paulus dan Silas di kota Filipi. Setelah mengusir roh tenung dari seorang hamba perempuan, mereka berdua ditangkap, didera, dan dilemparkan ke dalam penjara. Ayub 36:8-9 menggambarkan bagaimana cobaan dapat datang kepada manusia, "Dan jika mereka terbelenggu dengan tali, dan tertangkap dalam jerat penderitaan, maka ia menyatakan kepada mereka perbuatan mereka dan pelanggaran mereka, bahwa mereka bertindak sombong. Ia membuka telinga mereka untuk menerima didikan, dan memerintahkan mereka untuk bertobat dari kejahatan." Keadaan Paulus dan Silas di penjara Filipi adalah gambaran nyata dari penderitaan yang disebutkan dalam Firman Tuhan.
Mereka dimasukkan ke dalam penjara yang paling dalam dan aman, kaki mereka dikunci dalam pasungan yang keras. Bayangkanlah betapa beratnya penderitaan fisik dan batin yang mereka rasakan. Di tengah kegelapan, kesakitan, dan ketidakadilan, banyak orang mungkin akan mengeluh, berputus asa, atau bahkan meragukan iman mereka. Namun, kisah ini menampilkan ketahanan iman yang luar biasa. Alih-alih tenggelam dalam keputusasaan, Paulus dan Silas memilih untuk merespons situasi mereka dengan cara yang tidak terduga.
Kisah Rasul 16:25 menyatakan, "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas sedang berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lainnya mendengarkan mereka." Sungguh luar biasa! Dalam kondisi yang begitu menyakitkan, mereka memilih untuk berdoa dan menyanyikan pujian. Tindakan ini bukanlah sekadar ungkapan kepasrahan, melainkan sebuah pernyataan iman yang teguh kepada kuasa dan pemeliharaan Allah, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Mereka tidak membiarkan dinding penjara, rantai, atau rasa sakit merampas sukacita dan iman mereka.
Pujian dan doa mereka yang nyaring di tengah malam menjadi saksi bisu tentang kekuatan iman yang dimiliki oleh para rasul ini. Kisah ini mengingatkan kita bahwa iman sejati tidak hanya diuji di saat-saat kemakmuran, tetapi terutama di saat-saat kesulitan dan penderitaan. Penderitaan yang mereka alami, meskipun keras, justru menjadi panggung bagi Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya yang ajaib. Mazmur 50:15 mengingatkan, "Dan berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan; Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku."
Keadaan mereka yang mengenaskan menjadi titik balik yang tidak terduga. Karena doa dan pujian mereka, terjadilah gempa bumi dahsyat yang mengguncangkan dasar penjara. Pintu-pintu terbukalah dan belenggu semua orang terlepas. Penjaga penjara, yang melihat keadaan itu, sangat ketakutan dan hampir bunuh diri. Namun, Paulus menghentikannya dan menyampaikan kabar keselamatan. Ini adalah bukti nyata bahwa Allah mendengar doa umat-Nya dan dapat bekerja melalui penderitaan untuk membawa pembebasan dan kesaksian. Kisah ini tetap relevan hingga kini, menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berpegang teguh pada iman, berdoa, dan memuji Tuhan, bahkan ketika badai kehidupan menerpa.