"Maka ketakutanlah mereka semua, dan berkat rasul-rasul itu banyak terjadi mujizat dan tanda."
Ayat dari Kisah Para Rasul 2:43 ini merupakan penutup yang kuat dari sebuah narasi dramatis mengenai peristiwa Pentakosta. Setelah Roh Kudus turun dan para rasul berbicara dalam berbagai bahasa, ribuan orang dari berbagai bangsa berkumpul di Yerusalem. Petrus berkhotbah dengan keberanian luar biasa, dan sebagai hasilnya, sekitar tiga ribu orang bertobat dan dibaptis pada hari itu. Kehidupan jemaat mula-mula pun berubah secara drastis.
Kalimat "Maka ketakutanlah mereka semua" bukan merujuk pada ketakutan yang mencekam atau teror yang menakutkan. Sebaliknya, ini adalah semacam kekaguman yang disertai rasa hormat yang mendalam, sebuah 'takut akan Tuhan' yang mendasarinya. Mereka menyaksikan sebuah manifestasi ilahi yang begitu nyata dan kuat, sehingga mereka merasakan ketidaktahuan mereka di hadapan kebesaran Tuhan. Ini adalah respons yang wajar ketika manusia berhadapan langsung dengan kuasa dan kehadiran ilahi.
Namun, ayat tersebut tidak berhenti pada ketakutan. Bagian kedua, "dan berkat rasul-rasul itu banyak terjadi mujizat dan tanda," menjelaskan bagaimana ketakutan yang kudus itu kemudian beralih menjadi sumber harapan dan keyakinan. Para rasul, yang kini dipenuhi Roh Kudus, menjadi saluran berkat dan kuasa Allah di tengah-tengah umat.
Mukjizat dan tanda yang dilakukan oleh para rasul bukanlah sekadar atraksi atau pertunjukan. Mereka adalah bukti nyata dari otoritas ilahi yang diberikan kepada mereka dan pengesahan atas pesan Injil yang mereka sampaikan. Tindakan-tindakan luar biasa ini, seperti penyembuhan orang sakit, membangkitkan orang mati, atau nubuat yang digenapi, memperkuat iman orang-orang percaya dan menarik perhatian orang-orang yang belum mengenal Kristus.
Kisah para rasul adalah kisah tentang transformasi. Ini adalah cerita tentang bagaimana orang-orang biasa, seperti Simon Petrus, Yakobus, dan Yohanes, diubahkan oleh kuasa Roh Kudus menjadi pemberita Injil yang berani dan pemimpin komunitas yang berpengaruh. Mukjizat dan tanda yang menyertai pelayanan mereka adalah bagian integral dari misi mereka untuk menyebarkan kabar baik ke seluruh dunia.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa iman bukanlah sekadar keyakinan intelektual semata. Iman sejati seringkali disertai dengan manifestasi spiritual yang nyata. Berkat rasul-rasul dalam ayat ini juga mengajarkan kita bahwa ada kuasa dalam perkataan dan perbuatan para hamba Tuhan yang setia, yang bekerja untuk membangun Kerajaan Allah.
Peristiwa ini menjadi fondasi bagi pertumbuhan gereja perdana. Ketakutan yang menghormati Allah, ditambah dengan kesaksian mukjizat, menciptakan lingkungan yang subur bagi iman untuk bertumbuh. Gereja mula-mula tidak hanya terdiri dari orang-orang yang mendengar khotbah, tetapi juga orang-orang yang menyaksikan dan mengalami kuasa Allah secara langsung melalui pelayanan para rasul. Kisah ini terus menjadi inspirasi bagi jemaat hingga kini, mengingatkan kita akan kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam dan melalui kita untuk membawa dampak yang berarti bagi dunia.