Kisah Para Rasul 25:14 - Permohonan Paulus di Hadapan Festus

"Setelah beberapa hari lamanya mereka berada di sana, Festus segera mengemukakan perkara Paulus kepada raja. Katanya: 'Ada seorang bernama Paulus yang ditinggalkan oleh Feliks dalam penjara.'"

Kisah Para Rasul pasal 25 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam perjalanan iman dan pelayanan Rasul Paulus. Setelah berulang kali menghadapi pengadilan dan tuduhan yang tidak berdasar, Paulus kini berada di Kaisarea, menantikan nasibnya. Ayat ke-14 dalam pasal ini membuka tirai bagaimana situasi Paulus dilaporkan kepada raja. Festus, gubernur Yudea yang baru, berinisiatif untuk melaporkan kasus Paulus kepada Raja Agripa II. Ini menunjukkan bahwa kasus Paulus bukanlah masalah sepele yang bisa diselesaikan hanya oleh seorang gubernur, melainkan sesuatu yang membutuhkan perhatian otoritas yang lebih tinggi.

Simbol keadilan dan proses hukum

Laporan Festus kepada raja mengungkapkan beberapa hal penting. Pertama, ia menyebut Paulus sebagai "seorang bernama Paulus". Ini bukan sekadar penyebutan nama, tetapi mungkin menyiratkan bahwa kasus ini sudah cukup dikenal dan menjadi buah bibir di kalangan petinggi Romawi di Yudea. Kedua, Festus menekankan bahwa Paulus "ditinggalkan oleh Feliks dalam penjara". Pernyataan ini secara implisit ingin menyampaikan bahwa penangkapan dan penahanan Paulus bukanlah keputusan murni Festus, melainkan warisan dari gubernur sebelumnya, Feliks. Hal ini bisa jadi upaya Festus untuk melepaskan diri dari potensi beban atau kesalahan jika kasus ini berkembang menjadi lebih rumit.

Namun, di balik laporan formal ini, tersimpan sebuah narasi yang lebih dalam. Paulus bukanlah sekadar tahanan biasa. Ia adalah seorang rasul Kristus, yang membawa Injil Kerajaan Allah ke berbagai penjuru. Penahanannya di Kaisarea adalah akibat dari fitnah dan permusuhan orang Yahudi yang tidak mau menerima ajarannya. Paulus telah berulang kali mencoba membela diri, bahkan memanfaatkan haknya sebagai warga negara Romawi untuk diadili. Kasus ini menjadi begitu kompleks karena melibatkan hukum Romawi, hukum Yahudi, dan inti ajaran Kristen yang sering disalahpahami sebagai pemberontakan atau bidat.

Laporan Festus kepada Raja Agripa ini menjadi jembatan untuk pertemuan yang lebih besar. Agripa, seorang raja Yahudi yang diakui oleh Romawi, memiliki pemahaman tentang adat istiadat dan agama Yahudi. Ini memberikan harapan bahwa ia bisa lebih objektif dalam menilai tuduhan terhadap Paulus. Festus sendiri mengakui ketidakmampuannya untuk menangani kerumitan masalah-masalah yang berkaitan dengan "persoalan kepercayaan mereka dan seorang bernama Yesus, yang sudah mati, yang dikatakan oleh Paulus hidup" (Kisah Para Rasul 25:19). Ia jelas bingung dan tidak memiliki kapasitas untuk menengahi perdebatan teologis yang mendalam.

Kisah Para Rasul 25:14 menunjukkan bagaimana peristiwa-peristiwa besar sering kali diawali dari percakapan-percakapan formal di tingkat kekuasaan. Laporan seorang pejabat kepada atasannya bisa menjadi titik awal bagi perubahan nasib seseorang, bahkan seorang tokoh sebesar Rasul Paulus. Peristiwa ini juga menyoroti perjuangan Paulus yang gigih, ketahanannya dalam menghadapi ketidakadilan, dan keyakinannya pada kebenaran Injil yang ia bawa. Di hadapan raja, Paulus akan memiliki kesempatan sekali lagi untuk bersaksi tentang imannya, yang pada akhirnya membawa Injil semakin dekat ke jantung Kekaisaran Romawi.